Penjualan kendaraan komersial di Indonesia pada tahun ini diperkirakan bakal meningkat. Namun, ini akan dibarengi dengan tantangan seperti kebijakan pemerintah, terutama terkait beban bawaan berlebih (overload) dan dimensi bawaan berlebih (over dimension). Merespons tantangan tersebut, strategi dan solusi baru dihadirkan.

Masifnya pembangunan infrastruktur serta peningkatan pada sektor pertambangan dan perkebunan turut ambil bagian terhadap jumlah penjualan truk dan kendaraan komersial lainnya. Belum lagi bisnis logistik yang diprediksi semakin moncer seiring pesatnya transaksi berbasis e-dagang (e-commerce).

Dengan kondisi tersebut, penjualan kendaraan komersial tak hanya meningkat di daerah-daerah tertentu, seperti kawasan pertambangan atau perkebunan yang menghasilkan batu bara atau kelapa sawit, atau sumber daya alam lainnya. Jakarta dan kota-kota besar lainnya juga mengalami hal serupa lantaran membutuhkan alat angkut yang mampu mendistribusikan barang-barang hasil transaksi daring.

Regulasi pemerintah

Menjawab fenomena tersebut, dibutuhkan alat transportasi yang tidak hanya andal, tetapi juga mampu menjawab berbagai tantangan, termasuk memperhitungkan daya angkut dan dimensi barang bawaan. Hal ini untuk mengantisipasi relugasi pemerintah tentang beban dan dimensi berlebih pada kendaraan (Over Dimension Over Loading Policy/ODOL). Sekadar catatan, menurut data dari Dirjen Perhubungan Darat, dana perbaikan jalan di Indonesia pada 2017 akibat truk kelebihan muatan mencapai Rp 43 triliun.

Menurut aturan pemerintah, sebuah truk medium 4×2 memiliki maksimal gross vehicle weight (GVW) seberat 16 ton, serta truk medium 6×4 maksimal GVW 24 ton. Namun, faktanya di lapangan, penggunaan truk 4×2 digunakan hingga GVW 22 ton, bahkan untuk truk 6×4 hingga 46 ton. Hal ini mengakibatkan jalan lebih mudah rusak yang berdampak pada biaya perbaikan yang semakin membengkak.

Akibat overload tersebut, sejak Agustus 2018 pemerintah melalui Kementerian Perhubungan melakukan tindakan tegas untuk truk yang kelebihan muatan. Beban berlebih juga tidak hanya menyebabkan jalanan rusak, tetapi menyebabkan kemacetan lantaran truk berjalan lebih lambat. Keamanan supir dan pengendara lain turut dipertaruhkan. Bahkan Presiden Joko Widodo menyatakan kerugian ekonomi akibat kemacetan di Jabodetabek mencapai Rp 65 triliun.

Sementara dari sisi pelaku bisnis, truk overload menjadi penyebab kendaraan ini berjalan lebih lambat sehingga mem­buat jalanan menjadi semakin macet. Dampak­nya, biaya operasional menjadi ikut mem­bengkak dan biaya bahan bakar pun se­makin tinggi.

Menurut hasil perhitungan dari Isuzu Indonesia, 53 persen pengeluaran terbesar operasional truk adalah bahan bakar. Ba­yang­kan apabila awalnya sebuah truk dapat membawa 46 ton sekali angkut, maka dengan pembatasan overload dan over­dimension tersebut, truk harus melakukan 2 kali bolak balik. Efek terbesarnya adalah biaya operasional akan menjadi 2 kali lipat.

Tidak hanya itu, permasalahan lain yang juga hinggap di benak para pelaku bisnis adalah standar emisi (Euro 4), kebijakan penggunaan bahan bakar solar B20 menuju B30, serta yang tidak asing lagi adalah pembatasan usia kendaraan.

Isuzu Giga sebagai jawaban

Menjawab segala permasalahan tersebut, Isuzu, melalui PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI), menghadirkan New Isuzu GIGA Tractor Head. Truk tangguh ini memiliki sederet kelebihan yang dapat mendampingi pebisnis dalam melancarkan usahanya.

President Director PT Isuzu Astra Motor Indonesia Ernando Demily ber­harap kendaraan tersebut mampu mem­berikan rasa tenang bagi para konsumen, khususnya bergerak pada industri yang membutuhkan kendaraan komersial.“Isuzu terus mengembangkan produk yang fit de­ngan customer dan peraturan pe­me­rintah sehingga customer kami tidak perlu kha­watir lagi dalam menggunakan unit Isuzu.”

New Isuzu GIGA Tractor Head patut dijadikan pilihan karena dengan ada­nya peraturan pemerintah tentang pem­batas­an kendaraan truk overload dan over­dimension, kemungkinan besar para pe­bisnis di bidang transportasi dan logistik akan beralih dari truk rigid menjadi tractor head.

Berdasarkan peraturan, hubungan konfigurasi sumbu, kelas jalan, muatan sumbu terberat, dan jumlah berat yang di­izinkan, sebuah tractor head dapat me­nanggung total muatan sumbu terberat 24 ton untuk truk tipe 4×2 dan 42-46 ton untuk 6×4.

Tak sekadar memperhitungkan beban dan dimensi muatan. Isuzu GIGA Tractor Head juga menjadi truk masa depan, yang dibuat sebagai respons atas penerapan peraturan Euro 4 untuk kendaraan diesel pada 2021. Untuk varian, IAMI telah me­nye­diakan 4 varian yang memiliki keunggulan masing-masing, di antaranya Isuzu GIGA GXZ 60 K ABS (N), Isuzu GIGA GVZ 34 K HP ABS (N), Isuzu GIGA GVR 34 J HP ABS (N), dan Isuzu GIGA FVR 34 P TH (N).

Dibandingkan versi sebelumnya, New Isuzu GIGA Tractor Head memiliki beberapa kelebihan, di antaranya dengan tersematnya full air brake, ABS, dan seat suspension. Untuk varian GXZ 60 K ABS (N) dengan fitur anti-lock brake system (ABS) merupakan varian baru Isuzu. Mesin yang digunakan adalah 6NX1-TCS yang mampu menyemburkan tenaga 345 PS dan torsi maksimum 135 Kgm.

Dengan spesifikasi tersebut, unit tersebut cocok untuk beroperasi di segmen minyak dan gas dengan GCW 46,1 ton dan dapat memuat 32.000 liter. Kendaraan ini juga cocok untuk jasa pengiriman (freight & forwarder) dengan 40 feet container.

Sederet keunggulan yang dimiliki New Isuzu GIGA Tractor Head tentu dapat turut mengiringi pertumbuhan generasi milenial dan penduduk usia produktif yang aktif melakukan transaksi jual beli melalui media daring. Biaya tenaga kerja yang terus meningkat juga dapat ditekan dengan hadirnya truk tangguh ini.[*/IKLAN/BYU]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 29 Januari 2019.