Sebanyak 1.307 perusahaan pemula (start-up) meramaikan Indonesia Startup Summit (ISS) yang digelar 10 April 2019 di JIExpo, Jakarta. Semua perusahaan pemula tersebut merupakan binaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) selama 4 tahun.

Dalam pembukaan acara ISS 2019, Menristekdikti Mohamad Nasir mengaku bangga bahwa anak Indonesia ternyata memiliki kemampuan membentuk start-up. Menurut Nasir, pencapaian jumlah start-up di Indonesia sudah melebihi pencapaian negara Iran.

“Iran memulai pengembangan start-up pada 2004. Hingga 2014 atau dalam kurun waktu 10 tahun, jumlah start-up Iran mencapai 1.000. Indonesia memulai dari 2015. Dalam waktu 4 tahun, jumlah start-up-nya kini sudah mencapai 1.307. Dari start-up tersebut bahkan sudah ada yang omzetnya hingga Rp 7 miliar,” ungkap Nasir.

Baca juga: Kolaborasi Global Majukan Ekonomi Kreatif

Sementara itu, Dirjen Penguatan Inovasi Kemristekdikti Jumain Appe menuturkan, ISS 2019 dilaksanakan dalam rangka komunikasi dan jejaring antara para inovator, usahawan, industri, dan investor dalam rangka mengembangkan usaha yang bisa berdampak ke perekonomian nasional pada masa depan.

“ISS 2019 menghadirkan start-up dari berbagai kementerian. Selain itu, ada juga pameran booth dari start-up hingga sharing dari motivator usaha yang sudah sukses. Kami harap melalui acara ini akan ada usaha yang tak hanya sukses di dalam negeri, tetapi juga hingga ke luar negeri,” harap Appe.

Akses dunia bisnis

Peserta yang hadir dalam acara ISS 2019 mengaku terbantu dengan program Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) dari Kemristekdikti. Hal ini salah satunya diakui Azizah dari Astrobike. Start-up sepeda listrik yang berasal dari Jogja ini mengungkapkan bahwa selama ini problem orang yang tinggal di desa yaitu sulit mendapatkan akses ke dunia bisnis.

“Selama ini, orang yang tinggal di desa kurang terjamah pemerintah. Untuk masuk ke dunia bisnis, kami cukup bingung. Apalagi persaing­an di daerah juga ketat. Anak-anak muda di desa dulu hanya memiliki cita-cita ingin menjadi PNS, kini mindset-nya berubah karena mereka ingin jadi wirausaha. Hal ini terjadi berkat dukungan pemerintah melalui program PPBT yang fokus ke start-up di luar Ibu Kota,” ujar Azizah.

Hal serupa diungkapkan Sanlaruska Fathernas (Ruska), Co-Founder Juragan Kapal. Ruska menuturkan, ada beberapa fasilitas yang didapat dari program PPBT. Salah satunya yaitu pendanaan sebesar Rp 250 juta pada 2015. Pendanaan ini mensyaratkan adanya kolaborasi dengan inkubator bisnis.

“Kami mendapatkan masukan di bidang marketing untuk masuk ke pasar-pasar yang belum terjangkau. Harapan kami ke depannya program ini bisa menyambungkan start-up dengan lembaga pemerintahan terkait lainnya,” ungkap Reska.

PPBT

Kegiatan Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) adalah program seed funding yang diberikan kepada tenant perusahaan pemula berbasis teknologi melalui lembaga inkubator bisnis untuk menjalankan proses inkubasi terhadap perusahaan pemula sehingga siap untuk menjadi perusahaan pemula berbasis teknologi yang mendatangkan keuntungan (profitable) dan berkelanjutan (sustainable).

Dari 32 tenant-mature yang dilahirkan dari program PPBT, tercatat nilai komersialitas bisnisnya melonjak tajam. Rata-rata start-up tersebut mencapai valuasi omzet sekitar 457 persen dari suntikan permodalan awal yang diberikan program ini.

Proses pendanaan yang dilakukan dalam program PPBT diintegrasikan dengan proses pengembang­an pendampingan tenant di lembaga inkubator yang ada di kampus, Balitbangda, maupun inkubator swasta. Mereka wajib melaksanakan pembuatan proposal dan rencana aksi bersama dari hasil workshop antara tenant dan inkubator.

Lalu, tim seleksi dari pihak Kemristekdikti dan reviewer dari kalangan praktisi akan menilai dalam aspek teknis dan komersial. Dalam proses selanjutnya, akan dilakukan revisi atas proposal yang kemudian dilanjutkan dengan pengumuman tenant yang layak menerima pendanaan.

Baca juga:  Maju dengan IKM

Bidang di luar TI

Lingkup pengembangan start-up yang dijalankan Direktorat PPBT agak berbeda dengan kecenderungan lembaga lain yang dikembangkan saat ini. Pada saat banyak lembaga pemerintah maupun swasta fokus ke teknologi informasi komunikasi, Kemristekdikti justru berani untuk “kurang populer”.

Tak kurang ada 7 bidang di luar TI terus dikembangkan. Bidang tersebut antara lain pangan, kesehatan dan obat-obatan, pertahanan keamanan, energi, transportasi, material maju, dan bahan baku. Pola pemilihan tenant yang berhasil dan akan diasistensi juga tak sekadar mengikuti tren yang sedang populer.

Saat ini, tenant-tenant Inkubasi Bisnis Teknologi (IBT) memang belum merata dari seluruh Indonesia, tetapi Kemristekdikti akan berikan pendanaan dan bimbingan bagi tenant dari luar Jawa yang dapat meningkatkan partisipasi dan kesejahteraan masyarakat di wilayahnya.

“Apakah start-up hanya berasal dari Jawa? Tidak. Start-up-start-up ini berasal dari seluruh Indonesia. Dalam Pemerintah RI saat ini, sesuai arahan Presiden RI Joko Widodo, pembangunan harus menyebar di seluruh Indonesia. Ini bukan ‘Jawasentris’, melainkan ‘Indonesiasentris’,” ungkap Menristekdikti.

Dari 1.307 tenant start-up di seluruh Indonesia, program IBT telah melahirkan 32 tenants yang sudah mature dengan peningkatan omzet rata-rata lebih dari 426 persen dan minimal memiliki omzet senilai Rp 500 juta.

“Start-up” potensial

Indonesia memiliki start-up potensial di berbagai bidang. Di bidang transportasi darat ada sepeda motor listrik Gesits. Alat transportasi ini sempat dinaiki Menristekdikti beserta jajaran saat membuka acara ISS 2019.

Nasir menuturkan, di bidang transportasi laut ada Juragan Kapal dengan produk Kapal Pelat Datar. Start-up ini baru saja melayarkan kapal dengan teknologi baru dari Jakarta ke Papua melalui ombak hingga 4 meter. Bidang lain yang tak kalah penting yaitu energi. Ada start-up Katalis Merah Putih yang bisa memproduksi kelapa sawit menjadi BBM.

Foto-foto: Iklan Kompas/Hubertus Iwan.

Dalam ISS 2019, Kemristekdikti mengumumkan lima karya paling menginspirasi dari kalangan start-up dalam payung program PPBT. Penghargaan The Most Inspiring Start-up diraih Compac Motorcycle dengan inventor Suwanto, The Most Breakthrough Startup diraih Kapal Pelat Datar dengan start-up Juragan Kapal, The Most Social Impact Startup diraih Aruna Indonesia, The Most Growing Startup diraih Gesits (Institut Teknologi Sepuluh November) dengan mitra industri Wijaya Karya Konstruksi, The Most Competitive Innovation diraih Katalis Merah Putih dengan inventor Prof Dr Subagjo.

“Di Asia Tenggara jika bicara masalah paten, Indonesia menjadi nomor satu mengalahkan Thailand, Singapura, dan Malaysia. Di dunia, start-up Indonesia berpotensi besar karena sudah masuk ke peringkat 5 dunia. Ke depan, saya harap start-up bisa mendapatkan fasilitas bebas pajak. Selain itu, semoga anggaran start-up ke depannya bisa dianggarkan lebih dari 3 kali lipat,” pungkas Nasir.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 11 April 2019.