Literasi digital bagi generasi cerdas merupakan ketertarikan antara kepuasan penggunaan internet dengan literasi digital yang seharusnya dapat dinilai seimbang sehingga pemanfaatan teknologi dapat berjalan sesuai dengan kesadaran masyarakat dalam mempergunakan teknologi tersebut. Tujuan literasi digital adalah memberi kita kontrol yang lebih besar atas interpretasi, karena semua pesan yang kita terima di media merupakan hasil konstruksi. Terkait mengikuti arus globalisasi, Indonesia pada dasarnya sudah memiliki modal awal, yakni infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi sudah tersedia. Ditambah lagi sepertiga populasi kita adalah anak muda yang sudah melek terhadap teknologi. Kini yang menjadi tantangannya adalah memanfaatkan kedua hal tersebut agar bisa memajukan bangsa, dan salah satu kuncinya adalah dengan literasi digital.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Generasi Cerdas dan Cakap Digital”. Webinar yang digelar pada Senin, 23 Agustus 2021 pukul 09:00-11:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Dr. Bevaola Kusumasari, M.Si. (Pengajar Fisipol UGM & IAPA), Dr Achmad Maulani, M.Si. (Staf Ahli Wakil Ketua DPR RI), Dipl Kffr Freesca Syafitri, S.E., M.A. (Tenaga Ahli DPR RI & Dosen UPN Veteran Jakarta), Yossy Suparyo (Direktur Gedhe Nusantara), dan Brian Krishna (Penulis) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Dr Achmad Maulani, M.Si. menyampaikan informasi penting bahwa “Globalisasi dan disrupsi kebudayaan tak bisa ditolak, ia bahkan telah merestrukturisasi seluruh aspek kehidupan seluruh bangsa dan mengalami saling ketergantungan satu sama lain. Pada dasarnya hal ini menciptakan adanya sebuah potensi ekonomi digital. Potensi ekonomi digital Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan mencapai angka Rp 1.995 triliun. Berdasarkan survey Google pada 2019, Indonesia memiliki perkembangan internet terbesar dan tercepat di kawasan Asia Tenggara. Kegiatan ekonomi berbasis sharing ekonomi, khususnya marketplace dan fintech, telah menjadi penggerak bagi ekonomi. Kita harus beradaptasi dengan era teknologi informasi dan menjemput kesempatan tersebut. Penggunaan teknologi digital akan memperbaiki proses produksi dan meningkatkan efisiensi ketergantungan manusia pada teknologi informasi dan komunikasi melalui teknologi digital.”

Brian Krishna selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa dengan adanya media sosial, ia bisa menulis dengan lebih mudah sekarang. Bahkan saat membuat tulisan, satu click saja terhadap karyanya bisa mendapatkan uang dua sampai lima ribu Rupiah. Dari menulis ia melihat adanya banyak sekali sarana untuk mengembangkan diri atau pasar. Walau begitu, ia pun mengakui bahwa ada sisi negatifnya, seperti kita bisa membaca sesuatu yang senonoh yang keluar dari norma. Ia menganjurkan kita untuk selalu berbagi hal yang positif dan bermanfaat demi menambah wawasan. Literasi digital sangat penting sekarang untuk meningkatkan skill kita dalam menggunakan internet. Misalnya terkait interaksi sosial, kadang orang tua memberi gadget dan internet kepada anaknya karena sedang sibuk. Takutnya hal ini jika dilakukan secara berlebihan akan menyebabkan tidak adanya interaksi sosial antara anak dan orang tua, sehingga anak tidak mengetahui apa yang dianggap buruk di internet. Orang tua pun jadi tidak tahu cara menanggulangi. Ia menekankan bahwa sangat penting membuat batasan terhadap diri sendiri terhadap penggunaan internet.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Al Fattah menyampaikan pertanyaan “Bagaimana literasi meningkatkan hard skill dan soft skill pandemi saat ini? Serta bagaimana generasi digitalisasi 4.0 ini dapat menerima wawasan yang lebih luas?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Dipl Kffr Freesca Syafitri, SE, MA, bahwa “Hard skill bisa diukur, sedangkan soft skill adalah kemampuan berkomunikasi berpikir kritis, dan kreativitas. Hal-hal itu yang memang harus dikedepankan di masa revolusi 4.0. Kita tidak mungkin tidak menjalankan emotional intelligence dan menjadi tidak smart karena kita akan mendapatkan informasi yang tidak bermanfaat kalau tidak cocok dengan konten yang kita temui. Dalam masa pandemi ini bisa mengikuti seminar seperti ini yang bersifat gratis yang akan menuntun masyarakat secara global dan secara tidak langsung mengasah kemampuan soft skill; bagaimana manusia punya empati, simpati dan rasa yang tidak dimiliki oleh robot.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.