Media sosial bukanlah dunia lain, dan internet bukan dunia yang sama sekali terpisah dengan dunia offline. Perlu kita ingat bahwa apa yang kita tulis di internet akan dibaca oleh orang lain. Oleh karena itu, ujaran kebencian dan SARA harus kita hindari. Juga bahwa kalau dapat informasi tapi belum jelas sumber ataupun kebenarannya, sebaiknya tidak perlu share dan baiknya simpan saja agar tidak menambah pada penyebaran hoaks. Ingat, media sosial yang menjadi tempat paling sering kita berbagi informasi tetap merupakan ranah publik.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Perangi Konten Negatif di Media Sosial”. Webinar yang digelar pada Senin (12/7) diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Hayuning Sumbadra (Kaizen Room), Sigit Widodo (Internet Development Institute), Mikhail Gorbachev Dom (Peneliti di Institut Humor Indonesia Kini), Erista Septianingsih (Kaizen Room), dan Widi Dwinanda (Influencer) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Erista Septianingsih menyampaikan informasi bahwa “Karakter digital society biasanya tidak suka diatur-atur dan tidak suka terikat. Walau begitu, bukan berarti bebas dari ancaman yang begitu banyaknya beredar di internet. Terkait digital safety, menjadi hal penting untuk peduli terhadap proteksi perangkat digital, baik dalam bentuk hardware ataupun software. Langkah yang dapat diambil, misalnya, adalah menggunakan identitas samaran, yang bukan berarti identitas palsu, namun lebih kepada tidak menggunakan nama lengkap kita untuk menjaga identitas dan informasi pribadi agar tidak mudah didapatkan oleh pihak lain untuk kemudian dapat disalahgunakan oleh mereka.”

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Claudia menyampaikan pertanyaan “Bagaimana cara menasehati anggota keluarga yang sudah terpengaruh content creator yang membuat konten tidak bertanggung jawab, seperti mengumbar kebencian dan hoaks, lalu apabila diberitahu untuk mencari kebenarannya malah marah?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Mikhail Gorbachev Dom, bahwa “Karena adanya filter bubble yang ada di algoritma setiap penggunaan media sosial, kita juga harus ikut memantau penggunaan media sosial diri sendiri. Dunia digital sudah tertutup dengan echo chamber dan bubble. Kita harus menyadari bahwa tidak boleh memberikan info hanya dari satu sisi, harus dari sisi kiri dan sisi kanan. Harus cari informasi perbandingannya dan yang setara.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.