Pada perayaan HUT ke-52 PDI Perjuangan (PDIP) yang digelar di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (10/1/2025), Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mengajak seluruh simpatisan, anggota, dan kader partai untuk terus menjaga semangat juang dalam menghadapi tantangan bangsa.
Dengan mengusung keyakinan “Satyam Eva Jayate” atau “Kebenaran Pasti Menang”, Megawati menekankan bahwa perjuangan tidak hanya soal hasil akhir, tetapi juga tentang bagaimana nilai-nilai kebenaran dan integritas ditegakkan sepanjang perjalanan.
Peringatan HUT PDIP kali ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan perjalanan panjang partai dalam memperjuangkan aspirasi rakyat. Lebih dari itu, peringatan ini juga menandai babak baru dalam sejarah Indonesia dengan pemulihan nama baik Bung Karno, Proklamator Kemerdekaan dan Presiden Pertama Republik Indonesia.
Sejarah mencatat, selama lebih dari lima dekade, Bung Karno, tokoh besar yang menjadi simbol perjuangan bangsa, menghadapi tuduhan yang tidak berdasar. Melalui TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967, kekuasaannya sebagai presiden dicabut dan ia dituduh terlibat dalam pemberontakan G30S/PKI tanpa proses hukum yang adil.
Namun, setelah perjuangan panjang selama 57 tahun, keputusan penting akhirnya lahir. Pada periode kepemimpinan MPR RI 2019–2024, TAP tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pelurusan sejarah
Megawati menyebut keputusan ini sebagai bentuk pelurusan sejarah yang telah lama dinantikan. Dalam pidatonya, ia mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada pimpinan dan anggota MPR RI serta seluruh rakyat Indonesia, yang mendukung upaya pemulihan nama baik Bung Karno.
“Keputusan ini adalah bukti bahwa kebenaran, meski tertunda, pada akhirnya akan menang,” ujar Megawati penuh haru.
Megawati juga memberikan penghormatan kepada Presiden Prabowo Subianto, yang merespons positif keputusan MPR RI dengan mendukung langkah-langkah pemulihan nama baik Bung Karno secara resmi. Dukungan ini dianggap sebagai simbol rekonsiliasi nasional, langkah penting untuk menyatukan kembali semangat kebangsaan yang sempat terkoyak oleh sejarah masa lalu.
Menurut Megawati, rekonsiliasi ini tidak hanya penting untuk meluruskan sejarah, tetapi juga menjadi fondasi untuk memperkuat persatuan bangsa di tengah berbagai tantangan. Dengan rekonsiliasi, Indonesia dapat melangkah maju, meninggalkan luka lama, dan menghadapi masa depan dengan kepala tegak.
Filosofi “Satyam Eva Jayate”
Di tengah simpatisan, anggota, dan kader PDI Perjuangan, Megawati juga menekankan pentingnya memegang teguh filosofi “Satyam Eva Jayate”. Frasa ini berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “Kebenaran Pasti Menang.” Filosofi ini tidak hanya menjadi slogan, tetapi juga pedoman hidup yang mengajarkan bahwa integritas, kejujuran, dan keberanian adalah kunci dalam menghadapi segala tantangan.
Menurut Megawati, filosofi ini sejalan dengan nilai-nilai yang diajarkan Bung Karno. Bung Karno selalu menekankan pentingnya memegang prinsip kebenaran meski jalan menuju kemenangan sering kali penuh dengan rintangan.
“Jangan pernah takut untuk melangkah. Jika kita berada di jalan yang benar, Tuhan dan sejarah akan berada di pihak kita,” tegas Megawati.
Presiden ke-5 RI ini pun menekankan pentingnya fokus pada upaya memajukan bangsa Indonesia, bukan sekadar memperkaya individu. Ia mengkritik pola pikir yang hanya mementingkan kekayaan pribadi tanpa memperhatikan kesejahteraan negara.
Dengan potensi besar yang dimiliki Indonesia, Megawati menekankan perlunya menghindari bentuk imperialisme yang justru dilakukan terhadap warga negara sendiri. Ia juga mengingatkan bahwa perjuangan kemerdekaan di masa lalu lebih sederhana karena musuh yang dihadapi adalah penjajah asing.
Megawati kembali mengingatkan, Bung Karno telah menyampaikan bahwa sebagai nafsu, sistem yang menghisap itu tidak melekat pada bangsa tertentu. Ia bisa ber-reinkarnasi dan hadir dalam tubuh bangsa sendiri.
“Atas dasar hal inilah Bung Karno mengatakan bahwa ‘Perjuanganku lebih mudah karena mengusir bangsa asing, namun perjuanganmu lebih berat karena berhadapan dengan bangsamu sendiri’,” tegas Megawati.
Lewati berbagai ujian
Sejak didirikan, PDI Perjuangan telah melalui berbagai ujian yang menguji ketangguhan dan integritasnya sebagai partai politik. Dari masa-masa sulit pada era Orde Baru hingga era reformasi, partai ini selalu berdiri di garis depan dalam memperjuangkan hak-hak rakyat.
Megawati mengenang bagaimana PDI Perjuangan menghadapi berbagai cobaan, termasuk intimidasi politik dan tekanan dari pihak-pihak yang ingin melemahkan suara rakyat. Namun, berkat keyakinan pada kebenaran dan dukungan rakyat, partai ini berhasil bertahan dan berkembang menjadi salah satu kekuatan politik terbesar di Indonesia.
“Hari ini, kita berdiri di sini sebagai bukti bahwa kebenaran tidak bisa dikalahkan. Kebenaran adalah fondasi yang tidak bisa digoyahkan dan itulah yang membuat PDI Perjuangan terus berdiri kokoh hingga hari ini,” kata Megawati.
Meski telah meraih beragam pencapaian, Megawati mengingatkan bahwa perjuangan belum selesai. Di tengah dinamika politik nasional dan global, PDI Perjuangan dihadapkan pada tantangan baru yang membutuhkan strategi dan komitmen yang kuat.
Salah satu tantangan utama adalah memastikan generasi muda memahami dan meneruskan nilai-nilai perjuangan. Megawati menekankan pentingnya pendidikan politik yang berbasis pada nilai-nilai kebangsaan agar anak-anak muda Indonesia dapat menjadi pemimpin masa depan yang tangguh dan berintegritas.
“Pemuda adalah harapan bangsa. Jika mereka kehilangan arah, masa depan bangsa juga akan kehilangan arah. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa nilai-nilai perjuangan tetap hidup di dalam hati mereka,” ungkap Megawati.
Rekonsiliasi
Ia menekankan bahwa rekonsiliasi nasional merupakan kunci untuk menyatukan bangsa. Dalam konteks ini, PDI Perjuangan berkomitmen untuk menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai elemen masyarakat, tanpa memandang perbedaan latar belakang.
Menurut Megawati, persatuan adalah kekuatan terbesar Indonesia. Dengan bersatu, bangsa ini dapat mengatasi berbagai tantangan, termasuk krisis ekonomi, perubahan iklim, dan dinamika geopolitik global.
“Rekonsiliasi tidak hanya tentang melupakan masa lalu, tetapi juga tentang membangun masa depan bersama. Kita harus bersatu sebagai satu bangsa, satu Indonesia,” seru Megawati penuh semangat.
Megawati juga menyoroti potensi kecerdasan anak-anak Indonesia yang belum sepenuhnya berkembang. Ia menyampaikan pandangannya bahwa anak-anak Indonesia membutuhkan kebebasan untuk berpikir dan bertindak demi mengembangkan potensi mereka.
“Anak-anak Indonesia itu pintar-pintar, cuma tidak diberikan kemerdekaan penuh untuk bisa memikirkan dan melakukan hal-hal yang diinginkan, karena kita masih terbelenggu oleh keinginan berkuasa. Itu pikiran saya,” kata Megawati.
Ia juga menekankan peran riset dalam mendorong kemajuan, mengingat dirinya telah hampir empat tahun menangani Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Megawati mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki hampir 3 juta jenis tumbuhan yang sebagian besar berpotensi menjadi sumber makanan dan obat.
Ia heran mengapa dengan kekayaan alam sebesar itu, kelaparan masih menjadi masalah di Indonesia. Menurutnya, riset terhadap plasma nutfah dapat membantu memanfaatkan kekayaan tersebut untuk mengatasi masalah pangan dan kesehatan bangsa.
Melalui Peringatan HUT ke-52 ini, Megawati juga menyampaikan tentang pentingnya “bounding”. Ini karena bounding sesama anggota dan kader partai akan membangun spiritualitas juang melalui kerja-kerja ideologis partai.
Bounding dengan akar rumput akan menciptakan kekuatan yang maha dahsyat karena rakyatlah yang menjadi cakrawati partai. Bounding dengan Bung Karno akan menciptakan ide, pemikiran, gagasan, cita-cita, dan perjuangan tentang masa depan untuk Indonesia Raya.
Dengan bounding, partai akan terus setia pada jalan ideologi dan konstitusi. Dengan bounding, partai menganalisis setiap realitas politik dengan saksama, hingga merumuskan jalan solusi masa depan dengan cara yang benar pula.
“Inilah hakikat yang oleh Bung Karno dikatakan, ‘Partailah yang memegang obor. Partailah yang berjalan di depan dan partailah yang menjadi suluh jalan gelap yang penuh dengan ranjau-ranjau sehingga menjadi terang’,” tegas Megawati.
Modal kuat
Megawati menyerukan kepada seluruh simpatisan dan kader PDI Perjuangan untuk terus menyalakan semangat juang. Ia mengingatkan bahwa perjuangan adalah perjalanan yang panjang dan membutuhkan keberanian serta keteguhan hati.
Megawati juga mengingatkan pentingnya menjaga moralitas dan integritas dalam perjuangan. Baginya, kemenangan sejati adalah kemenangan yang diraih dengan cara-cara yang bermartabat dan sesuai dengan nilai-nilai kebenaran.
“Percayalah bahwa kita memiliki modal yang kuat sebagai bangsa pejuang. Kita percaya bahwa secara konsepsi para pendiri bangsa telah mewariskan pemikiran yang luar biasa tentang Negara Paripurna. Paripurna dalam konsep pemikiran, tetapi ruhnya selalu abadi,” ujarnya.
Konsepsi Negara Paripurna yang harus dijalankan sebagai suluh masa depan, yakni pertama, membangun sistem keteladanan tentang satunya kata dan perbuatan. Etika, moral, dan hati nurani harus menjadi satu kesatuan pijakan dalam setiap mengambil keputusan.
Kedua, Pancasila harus dimaknakan secara progresif untuk mengubah nasib rakyat yang masih terbelenggu kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan. Di dalam Pancasila terkandung spirit pembebasan pada rakyat Marhaen, wong cilik, terutama petani, nelayan, dan buruh, serta kaum miskin lainnya. Tanpa adanya keberpihakan ini, partai akan kehilangan seluruh esensi perjuangannya.
Ketiga, prinsip tentang bagaimana Undang-undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 harus dijalankan dengan selurus-lurusnya. Konstitusi mengatur sistem politik, tata pemerintahan negara, prinsip kedaulatan rakyat, tanggung jawab dan fungsi negara terhadap rakyatnya, hingga kewajiban negara terhadap penghidupan yang layak bagi setiap warganya.
Keempat, memiliki desain teknokratis berupa Pola Pembangunan Semesta dan Berencana. Kelima, seluruh kehendak, tekad, dan pemikiran tentang Indonesia Raya sebagaimana terdapat dalam Risalah BUPK harus menjadi rujukan yang menyangkut masa depan bangsa dan negara. Sebab di situlah seluruh kejernihan pemikiran tentang Indonesia Raya itu berada.
“Kelima hal di atas akan membuka jalan penuh optimisme menuju Indonesia yang berdaulat, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan,” tegas Megawati.
Kritik kinerja KPK
Pada peringatan HUT PDIP kali ini, Megawati juga mengkritik kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dinilainya hanya fokus pada Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, sementara banyak kasus besar tidak tersentuh.
Dalam pidatonya, Megawati menyoroti KPK yang terkesan “kurang kerjaan” karena hanya menyasar satu orang, meskipun ada banyak masalah hukum dengan dampak besar yang seharusnya ditangani. Ia meminta media massa untuk mengangkat isu ini agar KPK lebih transparan dan berani menangani kasus-kasus besar.
Ia mengaku kerap memantau perkembangan penanganan korupsi melalui media, tetapi merasa kecewa karena tidak menemukan kabar signifikan tentang penanganan kasus besar oleh KPK. Ia menegaskan bahwa korupsi berskala besar dengan kerugian negara triliunan harus menjadi prioritas utama, bukan kasus-kasus kecil yang hanya menyedot perhatian publik tanpa menyelesaikan masalah utama.
Atas hal itu, Megawati menyebutkan saat mendirikan lembaga KPK bukanlah hal yang gampang. Dengan sifatnya yang adhoc untuk menangani persoalan korupsi. KPK dibentuk karena saat itu, kepolisian dan kejaksaan dalam menjalankan tugasnya tidak maksimal. “Lho kok sampai saiki ngono wae?,” kata Megawati.
Nyalakan semangat juang
Megawati juga meminta para elite PDIP tidak terjebak di zona nyaman, tetapi bisa terus bersama rakyat dan merasakan kesusahan wong cilik seperti yang diperintahkan partai. Ia menjelaskan, bukannya kader PDIP tak boleh hidup lebih sejahtera, tetapi jangan karena terlalu nyaman dengan kesejahteraan yang baru, hingga tak mau lagi turun serta membela rakyat kecil.
Megawati menyerukan kepada seluruh simpatisan, anggota, dan kader PDIP jangan pernah takut, sebab ketakutan itu adalah ilusi dan terus menyalakan semangat juang. Dengan keyakinan Satyam Eva Jayate, hadapi yang namanya vivere pericoloso dengan kepala tegak penuh rasa percaya diri.
Sebab, lanjut Megawati, PDIP bukanlah cacing yang mudah diinjak-injak. PDIP adalah partai yang berwatak banteng ketaton.
“Kita partai pelopor yang terus dan akan abadi melintasi zaman. Dirgahayu Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ke-52. Solid bergerak untuk Indonesia Raya. Merdeka! Merdeka! Merdeka! Merdeka! Indonesia Raya!” pungkas Megawati. [BYU]