Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Menjaga Kualitas Belajar dari Rumah “. Webinar yang digelar pada Jumat, 20 Agustus 2021 di Kota Tangerang Selatan, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Erista Septianingsih – Kaizen Room, Zulfan Arif – Translator & Content Writer, Ibnu Novel Hafidz, SSos, M.M. – Creative Entrepreneur dan Maryam Fithriati, MSW – Co-Founder Pitakonan Studio & Management/Pegiat Literasi Komunitas.
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Erista Septianingsih membuka webinar dengan mengatakan, pendidikan di era digital merupakan pendidikan yang harus mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi ke dalam seluruh mata pelajaran.
“Dengan berkembangnya pendidikan era digital maka memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan yang berlimpah ruah serta cepat dan mudah,” tuturnya. Adapun kelebihan belajar online, yakni waktu dan tempat lebih efektif, siswa tidak hanya bergantung pada guru, menguasai teknologi informasi, dan menumbuhkan kesadaran pada siswa.
Zulfan Arif menambahkan, saat ingin belajar online, perlu siapkan ruang belajar khusus. Temukan area di rumah tempat anda bisa duduk nyaman dan fokus. Pisahkan dengan ruang bersantai. Idealnya jauh dari layar TV atau gangguan lainnya.
“Agar belajar di rumah tetap berkualitas, buat catatan agar pikiranmu terus aktif. Selalu rencanakan harimu jika ada, diikuti tugas yang diberikan oleh sekolah. Jika kamu hanya punya daftar pelajaran, bagi ke dalam tugas-tugas kecil dan rencanakan untuk mengerjakan tugas tersulit saat energimu masih penuh,” katanya.
Selain itu, ia menyarankan untuk kurangi gangguan dengan menggunakan imajinasi dan membayangkan sedang di sekolah dan bukan di rumah. “Ubah suasana, beristirahatlah di sela-sela waktu. Bicaralah dan mintalah bantuan, karena belajar dari rumah kadang sulit, tetapi pasti bisa dicapai,” pesannya.
Ibnu Novel Hafidz turut menjelaskan, sejak Maret 2020, masyarakat dunia termasuk Indonesia melakukan aktivitas di rumah saja, tak terkecuali anak-anak yang harus merasakan sekolah secara virtual.
Menurut sebuah penelitian, pada Oktober – November 2020 dengan subjek 1290 orang tua dengan anak berusia 5 – 12 tahun, sebanyak 58 persen anak punya perasaan tidak menyenangkan selama menjalani belajar di rumah.
“38 persen anak menyatakan sekolah belum memiliki program yang baik dalam penerapan program belajar dirumah. Digitalisasi dalam dunia pendidikan seperti dengan keterampilan dan pengetahuan baru, gaya mengajar yang baru, dan smart classrooms,” tuturnya.
Sebagai pembicara terakhir, Maryam Fithriati mengatakan, salah satu sasaran gerakan nasional literasi digital adalah sekolah dengan pendidik dan anak didik sebagai pemeran utama.
“Anak merupakan kelompok yang memiliki resiko tinggi dalam penggunaan teknologi digital. Banyak orang yang tidak membaca, memahami syarat dan ketentuan aplikasi, media sosial dan situs web yang kita akses,” pungkasnya.
Dalam sesi KOL, Maryam Fithriati mengungkap, perubahan pembelajaran dari offline menjadi online jangan dijadikan sebuah permasalahan. “Kita tidak boleh kalah dengan keadaan. Buat semuanya senyaman mungkin, buat semuanya menjadi happy karena jika sudah nyaman dan happy maka ngerjain tugas-tugasnya juga akan enjoy,” tuturnya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Dika M menanyakan, adakah solusi untuk meminimalisir miskomunikasi yang sering terjadi saat sekolah online?
“Tentunya sering terjadi, apalagi masalah tugas membutuhkan keaktifan kita sebagai seorang pelajar. Misal ada tugas dari guru, kita lupa ngerjain atau tidak mengerti kita harus bertanya ke teman-teman kita terlebih dahulu. Dari pengajar harus juga sering-sering aktif salah satunya membuat grup,” jawab Erista.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.