Dalam masa pandemi ini, perkembangan pengguna internet semakin meningkat. Banyak orang yang lebih memilih untuk mencari informasi dan berita dari handphone karena memang lebih efisien dari segi kecepatan menerimanya. Walau begitu, tingkat akurasi dari berita dan informasi di internet, bila bukan dari sumber yang kredibel, belum tentu benar. Bahkan bisa saja pengguna terjebak membaca dan ikut menyebarkan hoaks.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Keamanan Berinternet: Mencegah Penipuan di Ranah Daring”. Webinar yang digelar pada Selasa, 3 Agustus 2021 pukul 09:00-11:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Amni Zarkasyi Rahman, SAP, MSi (Dosen Pengajar Universitas Dipenogoro), Dr Rusdiyanta, SIP, SE, MSi (Dekan FISIP Universitas Budi Luhur), Feby Indirani (Penulis & Aktivis Literasi/MA Digital Media, Culture & Education), Anggun Puspitasari, SIP, MSi (Dosen Hubungan Internasional Universitas Budi Luhur Jakarta), Qausar Harta Yudana (Aktor & Pembuat Film) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Amni Zarkasyi Rahman, SAP, MSi menyampaikan informasi penting bahwa “Laporan dari The International Criminal Police Organization (Interpol) pada 2020 yang berjudul ‘Cybercrime: Covid-19 Impact’ menunjukkan bahwa serangan phishing dan penipuan online sejak pandemi mulai berada di urutan teratas. Penting untuk tetap aman dari malware yang dapat menyerang hardware dan software. Lakukan hal-hal seperti berhati-hati dalam membuka lampiran kiriman email, unduh file dari situs terpecaya, hindari mengakses dan mengunduh file dari situs berbagai file, dan berbagi perangkat keras penyimpanan file kapada orang atau komputer yang kita percayai. Dengan banyaknya peredaran informasi di platform digital, diperlukan kompetensi untuk dapat menyaring informasi yang diperoleh, khususnya informasi yang berasal dari media sosial. Informasi yang negatif dapat terdiri dari misinformasi dan disinformasi, baik disebabakan oleh satir atau parodi yang tidak disadari oleh orang lain, konten menyesatkan dan tiruan, konten manipulasi dan palsu. Konten-konten seperti ini dapat membawa kerugian seperti salah paham dan bahkan konfik akibat pergesekan antar kelompok. Hoaks dan misinformasi, berdasarkan riset dari Reuters Institute dan University of Oxford, paling banyak ditemukan di Facebook.”
Qausar Harta Yudana selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa sebagai aktor, ia ikut terdampak dengan PPKM dengan segala aktivitas perfilman dihentikan. Walaupun belum pernah menjadi korban penipuan digital, ia ceritakan bahwa ia kerap menerima telepon yang mengaku sebagai kerabat atau sahabat jauh yang berujung meminta uang atau semacam bantuan. Di media sosial misalnya, ia menerima DM yang berisi link yang dapat mencuri data pribadi atau dengan kata lain merupakan usaha phishing. Hal yang dilakukan secara pribadi untuk menjaga keamanan digital adalah dengan menggunakan 2FA di setiap platform digital dan meminta saran atau rekomendasi dari orang-orang terdekat yang lebih paham mengenai topik itu. Ibundanya sendiri sempat mengalami pengalaman tidak mengenakkan dengan dikejar-kejar pinjaman online melalui telepon, yang ternyata nomor teleponnya digunakan oleh orang lain sebagai kontak yang bisa dihubungi oleh penagih pinjaman online tersebut.
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Shinta Awaliya menyampaikan bahwa “Banyak yang menyarankan untuk menggunakan aplikasi GetContact jika ingin mengetahui pemilik nomor HP yang mencurigakan. Apakah keberadaan aplikasi tersebut sebagai alat bantu mengecek nomor telepon seseorang merupakan salah satu cara yang masih efektif hingga saat ini untuk dapat mengetahui nomor telepon terduga penipu? Sebab saat ini sepertinya sudah ada fitur di mana orang yang nomornya dicek melalui GetContact akan menerima e-mail dan mengetahui bahwa nomornya sudah dicek, sehingga kemungkinan si penipu gonta-ganti nomor sangat besar.”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Amni Zarkasyi Rahman, SAP, MSi, bahwa “Memang banyak aplikasi yang dapat membantu untuk filter spam seperti GetContact. Pada dasarnya, kita sebagai warga negara harus tetap mengawal isu perlindungan dan privasi data oleh pemerintah untuk bisa memiliki payung hukum secara menyeluruh sehingga dapat membantu isu penyalahgunaan data oleh pihak ketiga. Sebagai langkah pertama, kita bisa mengaktifkan fitur anti-spam dan melaporkan nomor tersebut.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.