Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Cakap Ber-Media Digital”. Webinar yang digelar pada Selasa, 26 Oktober 2021 di Kota Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Aidil Wicaksono (CEO Pena Enterprise), Mikhail Gorbachev Dom (Peneliti di Institut Humor Indonesia Kini), Nyoman Diah Utari Dewi (Dosen MAP Universitas Ngurah Rai, IAPA), dan Muhammad Bima Januri (Co-Founder Localin).
Aidil Wicaksono membuka webinar dengan mengatakan, ada beberapa kompetensi dasar dalam budaya bermedia digital. “Yakni cakap paham, cakap produksi, cakap distribusi, cakap partisipasi, dan cakap kolaborasi,” katanya. Dalam bermedia digital, diperlukan kecakapan digital atau digital skill.
Digital skill sendiri memiliki arti kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak teknologi informasi dan komunikasi (TIK), serta sistem operasi digital (website hingga aplikasi di smartphone).
Nilai utama dunia digital, yakni kreativitas untuk menjelajahi berbagai sudut pandang dan potensi media digital. Kolaborasi di media digital untuk mengasah kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dan berpikir kritis dalam bermedia dan memanfaatkan media digital untuk kegiatan positif.
Mikhail Gorbachev menambahkan, ada etika dalam bermedia sosial, yakni hati-hati dalam menyebarkan informasi pribadi (privasi) ke publik. Gunakan etika atau norma saat berinteraksi dengan siapapun di media sosial. Hati-hati terhadap akun yang tidak dikenal. Jangan mengunggah yang belum jelas sumbernya.
“Di dunia digital juga kerap ditemui konten negatif. Motivasinya biasanya yakni ekonomi, mencari kambing hitam, politik, memecah belah persatuan,” tuturnya. Tindakan melawan banjirnya konten negatif yakni membedakan motivasi dalam mencari informasi.
Lalu, mengendalikan keinginan dalam mengakses informasi, menjala informasi yang bermanfaat, dan jangan mengakses informasi yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
Nyoman Diah mengatakan, hak pribadi merupakan hak untuk menikmati kehidupan pribadi dan bebas dari segala macam gangguan. Hak pribadi merupakan hak untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain tanpa tindakan memata-matai.
“Hak pribadi merupakan hak untuk mengawasi akses informasi tentang kehidupan pribadi dan data seseorang,” ujarnya. Tips melindugi data pribadi yakni berhati-hati dengan serangan phishing. Pilihlah kata sandi yang kuat dan unik di setiap akun. Melakukan otentikasi dua faktor setiap diminta. Jangan menggunakan Wi-Fi publik.
Sebagai pembicara terakhir, Muhammad Bima mengajak masyarakat untuk berpikir kritis. “Sebab konten yang baik belum tentu benar, tidak semua konten yang benar pantas disebar, konten yang pantas belum tentu bermanfaat, saring sebelum sharing,” tuturnya.
Dalam sesi KOL, Arya Purnama mengatakan, dampak positif internet menjadikan akses informasi lebih mudah. “Segala bentuk aktivitas kita lebih efektif dan efisien. Cara menghindari dampak negatif ini ya pastinya kita harus paham cara menggunakan digital yang baik dan benar.”
Salah satu peserta bernama Dinda menanyakan, bagaimana cara kita sebagai generasi milenial untuk selalu menjunjung tinggi etika dalam membuat konten?
“Kalau konten yang kuat konten yang mengandung emosi mau yang positif mau negatif efek viralnya sama. Saran kalau dirimu content creator, ada metode amati tiru modifikasi. Jadi, pertama kalau misalnya memang banyak menoton negatif lalu viral otomatis kita akan terpengaruh. Jadi, pertama cari konten sebanyaknya lalu liat kira- kira mana yang bisa kita lakukan dan cari yang positif. Masalahnya kalau kreatif itu menuntut kita bebas berpikir tapi jangan melesat yang jauh,” jawab Gorbachev.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]