Mengenai kebebasan berpendapat dan etika di internet, ada banyak komentar kritik dan komentar ujaran kebencian. Dikarenakan perbedaannya tipis sekali, banyak juga yang salah paham dan salah mengartikannya. Lalu bagaimana cara kita mengungkapkan pendapat dengan baik agar tidak disalahartikan, tidak menyinggung, dan tidak membuat keresahan publik, apalagi kenyataan saat ini banyak netizen yang mendukung perkelahian di internet tanpa melihat kebenarannya terlebih dulu.

Kuncinya adalah memberikan pendapat atau komentar-komentar harus adalah based on data. Maksudnya adalah kita harus memiliki data ketika mengkritik sesuatu. Jangan memberikan pendapat yang dari “katanya-katanya” atau “saya pikir dan “saya kira”; itulah yang paling berbahaya karena jika memberikan pendapat dengan perkara tersebut, biasanya akan berujung permintaan maaf di media sosial atau bahkan di kantor polisi. Jika ingin berpendapat, gunakan kalimat yang baik dan tidak bersifat hate speech; meskipun ada kebebasan berpendapat namun ada UU dan aturan yang berlaku serta norma-norma yang berlaku di masyarakat Indonesia.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Membangun Karakter dan Kecerdasan Anak di Era Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat (15/10/2021), pukul 14:00-16:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Dr. Delly Maulana, M.P.A. (Dosen Universitas Serang Raya & IAPA), Daniel J. Mandagie (Kaizen Room), Fuad Setiawan Khabibi, S.I.P., M.P.A. (Peneliti Pusat Pengembangan Kapasitas & Kerjasama Fisipol UGM), Razi Sabardi (Pengamat Kebijakan Publik Digital), Reza Tama (Content Creator & Entrepreneur) selaku narasumber.

 

Dalam pemaparannya, Daniel J. Mandagie menyampaikan, “Membangun karakter dan kecerdasan anak di era digital ini memang merupakan salah satu perubahan yang kita rasakan kurang lebih 2 tahun belakangan ini. Hal tersebut terjadi karena adanya pandemi yang melanda, di mana kita diharuskan untuk bisa memanfaatkan ruang digital untuk terus melanjutkan kehidupan termasuk dalam hal pembelajaran seorang anak. Perubahan-perubahn yang paling dirasakan oleh kita jika melihat dari 10 tahun ke belakang adalah perkembangan teknologi digital yang sangat pesat, khususnya pada media elektronik.”

“Pada akhirnya kita mengenal internet yang bisa di akses melalui komputer, dan perubahan yang paling signifikan adalah dengan munculnya telepon pintar atau smartphone di mana hanya dengan satu gawai tersebut kita sudah bisa mendapatkan semua yang dibutuhkan. Di era digital ini dimana aktivitas yang dilakukan kemungkinan lebih banyak dilakukan secara online baik untuk berinteraksi ataupun berkomunikasi, namun perlu kita ketahui kalau aktivitas online tersebut sama saja seperti kehidupan kita secara offline atau kehidupan kita sehari-hari dalam berinteraksi dan berkomunikasi, oleh sebab itu diperlukan etika digital dalam berselancar di internet karena kita juga berhubungan dengan manusia lainnya.”

Reza Tama selaku narasumber Key Opinion Leader menyampaikan, saat dulu sebelum pandemi, mungkin orang-orang menggunakan gadget itu ada waktunya, seperti saat pulang dari tempat kerja untuk melepas penat lalu barulah mereka membuka media sosial. Namun sekarang ketika semua harus dirumahkan atau melakukan segala aktivitas di rumah semenjak masa pandemi ini, akhirnya mau tidak mau setiap hari menatap layar handphone, laptop, dan sebagainya.

Tentunya menjadi suatu yang seru sekali, apalagi bagi ia yang juga bekerja sebagai content creator, di mana pandemi ini justru membuatnya lebih kreatif, karena mau tidak mau dituntut untuk membuat konten lagi dan akhirnya justru mendapatkan rezeki yang tidak terduga. Dengan kemajuan media sosial dan dunia digital, akhirnya ternyata ada uang yang bisa dihasilkan ketika kita serius dan juga menyebarkan hal-hal yang positif di ranah online.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Ayesha Balqis menyampaikan pertanyaan, “Bagaimana melakukan upaya pendekatan-pendekatan strategis yang dapat meningkatkan literasi digital dan kecakapan digital khususnya generasi muda yang akan menjadi tonggak kehidupan bangsa dikemudian hari yang biasanya belum memiliki benteng cukup kuat untuk menangkal pengaruh buruk dari teknologi informasi tersebut?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Dr. Delly Maulana, M.P.A., “Memang dalam dunia digital itu perlu adanya pengawasan kepada anak-anak, seperti emosi anak remaja. Maka upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menjadikannya sahabat dengan memberikan pemahaman tentang hal-hal baik yang boleh dilakukan atau tidak dan jika sebagai orang tua juga bisa memberikan ruang waktu untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya. Kemudian hal yang paling penting itu adalah komitmen, bahwa internet itu memang harus bisa menciptakan produktivitas dan juga kecerdasan oleh anak, sehingga orang tua memiliki solusi-solusi untuk hal yang harus dilakukan anak mana yang boleh dan mana yang tidak.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

 

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.