Sebagai upaya dalam memperluas pasar produk gula semut organik khas Cilacap di pasar internasional, Pertamina mendorong sertifikasi organik dan sertifikasi halal kepada kelompok petani atau penderes dari Koperasi Nira Cahaya Sejahtera dan Kelompok Pendekar (Penderes Badeg Karangsari). Kegiatan sosialisasi sertifikasi ini dilangsungkan pada Senin (19/9/2022) di Balai Desa Karangsari, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap.
Hadir dalam kegiatan tersebut, Fuel Terminal Manager Maos PT Pertamina Patra Niaga, Ahmad Zaeni. Ia mengungkapkan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari program corporate social responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dijalankan, khususnya di sekitar unit operasi Pertamina, yaitu Fuel Terminal Maos.
“Ini merupakan salah satu wujud kepedulian terhadap masyarakat yang ada di sekitar wilayah operasi kami. Di sini banyak yang berprofesi sebagai penderes gula semut maupun gula cetak khas Cilacap yang berkualitas dan berpotensi untuk dipasarkan secara global,” ungkap Zaeni.
Menurutnya, manfaat sertifikasi organik bagi produk gula semut dan gula cetak yang diproduksi oleh masyarakat Desa Karangsari adalah untuk memberikan jaminan produk yang lebih sehat dan ramah lingkungan karena seluruh prosesnya telah dipastikan organik. “Sehingga nilai jual produk gula cetak dan gula semut yang diproduksi menjadi lebih tinggi dan menambah daya saing produk, baik untuk pasar lokal, nasional, maupun hingga pasar global,” imbuh Zaeni.
Dia menerangkan, sedikitnya ada 100 penderes yang dibina Pertamina sejak 2020, melalui berbagai bantuan dan kegiatan yang telah dijalankan. “Di antaranya, pelatihan dan pemberian sarana prasarana produksi gula kelapa organik baik yang gula cetak ataupun gula semut (brown sugar). Selain itu, kami juga mendorong konversi dari pengunaan kayu bakar ke LPG BrightGas sebagai bahan bakar, sehingga produksinya lebih ramah lingkungan,” ujar Zaeni.
Ketua Koperasi Nira Cahaya Sejahtera, Ahmad Setioko, mengatakan, selama dua tahun terakhir, kelompoknya telah menerapkan proses produksi secara organik dengan rata-rata produksi sekitar 8 kilogram per hari. “Kami sebagai penderes berkomitmen untuk menerapkan sistem dan langkah alami yang kami jalankan sebagai Ksatria, yaitu singkatan dari Komitmen Masyarakat Tanpa Bahan Kimia.”
Ahmad pun mengaku kelompoknya telah memiliki negara tujuan ekspor produk gula organik yang diproduksinya. “Beberapa negara di Eropa serta Kanada menjadi tujuan ekspor produk gula organik kami. Untuk memenuhi syarat tersebut, kami telah mendapatkan sertifikat lahan organik dari Control Union (CU) sebagai salah satu syaratnya.”
Wujud komitmen ESG dan kontribusi SDGs
Secara terpisah, Area Manager Communication, Relations, & CSR Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho, menjelaskan, program yang dijalankan dalam mendorong produksi berkualitas dan ramah lingkungan oleh penderes di Cilacap merupakan komitmen Pertamina terhadap ESG (environment, social, governance).
“Selain itu program ini juga mendukung pemerintah khususnya dalam berkontribusi terhadap pencapaian Sustainable Development Goas (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). Utamanya pada poin 1 (Tanpa Kemiskinan), poin 2 (Tanpa Kelaparan), poin 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), poin 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), dan poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim),” tutup Brasto. [*]