Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Menjadi Generasi Muda yang Menjaga Nilai-nilai Pancasila dan Keagamaan di Media Sosial”. Webinar yang digelar pada Selasa (28/9/2021) di Kabupaten Serang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Misbachul Munir – Enterpreneur & Fasilitator UMKM Desa, H. Muhtadi, S.Ag., M.Si – Kasi Penmad Kab Serang, Ismita Putri – CEO Kaizen Room dan Eka Y. Saputra – Web Developer & Konsultan Teknologi Informasi.

Generasi muda

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Misbachul Munir membuka webinar dengan mengatakan, dewasa ini perkembangan teknologi informasi berkembang pesat.

“Hampir semua lini peradaban terdigitalisasi. Hajat hidup manusia dari sosial, ekonomi, budaya, ditopang oleh perangkat digital. Kini seluruh manusia terhubung, informasi mengalir deras,” tuturnya.

Meski sisi manfaatnya besar bagi kehidupan manusia namun juga membawa sisi negatif yang sampai saat ini masih menjadi persoalan yang belum terpecahkan, seperti ancaman kebocoran data pribadi, pelanggaran privasi individu, dan polarisasi masyarakat hingga pendangkalan nilai spiritualitas dan religiusitas.

Menurutnya, para pendiri bangsa merumuskan Pancasila demi tercapainya harmonisasi heterogenitas kultur, etnis, serta sosial budaya masyarakat Indonesia di masa depan. Nilai-nilai utama Pancasila yakni gotong royong, integritas, religiusitas, nasionalisme, dan kemandirian.

H. Muhtadi mengatakan, generasi muda merupakan generasi yang memiliki kemampuan, semangat tinggi dan memiliki wawasan yang lebih luas untuk mengembangkan dan memajukan negara. “Nilai-nilai Pancasila merupakan pegangan dasar bagi masyarakat indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tuturnya.

Dengan berkembangnya teknologi, institusi-institusi keagamaan juga semakin kreatif dalam menjangkau umat melalui media sosial. Tanggung jawab generasi muda tentu sangat berat, namun sangat penting untuk tetap mempertahankan Indonesia menjadi bangsa yang majemuk, plural dan multikultural.

Masyarakat digital

Ismita Putri menjelaskan, karakteristik digital society atau masyarakat digital yakni cenderung tidak menyukai aturan yang mengikat atau tidak suka diatur-atur, dikarenakan tersedianya beberapa opsi. Senang mengekspresikan diri, khususnya melalui platform media sosial

“Mereka juga terbiasa untuk belajar bukan dari instruksi melainkan dengan mencari, masyarakat digital lebih senang untuk mencari sendiri konten/informasi yang diinginkan. Tidak ragu untuk mendownload dan upload, merasa tidak eksis bila tidak mengupload. Berinteraksi di media sosial, berbagi dan melakukan aktivitas kesenangan bersama,” jelasnya.

Teknologi hadir untuk memudahkan kehidupan kita. Namun, tidak dapat dimungkiri, kemajuan-kemajuan teknologi yang ada menciptakan tantangan baru bagi masyarakat digital.

“Sosial media harus disikapi dengan bijak. Maka diperlukan digital culture, yang merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.

Digital Culture merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital karena penerapan budaya digital lebih kepada mengubah pola pikir (mindset) agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital.

Dampak rendahnya pemahaman nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika adalah tidak mampu memahami batasan kebebasan berekspresi dengan perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik atau provokasi yang mengarah kepada perpecahan di ruang digital.

Nilai Pancasila

Dalam sesi KOL, Fadhil Achyari mengatakan, pastinya kalau kita melihat fenomena yang ada saat ini perkembangan teknologi informasi yang sangat masif membawa dampak dan juga kemudahan yang kita rasakan.

“Paling utama adalah bagaimana cara kita untuk bisa cepat dan tepat untuk mendapatkan informasi. Oleh sebab itu kita sebagai pengguna yang bijak sudah sepatutnya untuk dapat menerima dan menyebarkan informasi yang memang sudah terbukti kebenarannya,” pesannya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Noni menanyakan, bagaimana cara mengedukasi netizen terkait etika di media sosial agar tidak mudah menghina orang lain?

“Orang-orang yang tidak bisa bertanggung jawab ini tentunya berakibat fatal dengan keutuhan dan persatuan Indonesia. Pastinya kita sebagai pelopor internet sehat, nyaman dan aman harus ikut berpartisipasi untuk melaporkan akun-akun tersebut. Kita juga harus melandasi perilaku kita dengan nilai-nilai Pancasila dan agama tentunya agar tidak mudah mendiskritkan seseorang dan bersikap intoleran,” jawab Misbachul.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Serang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.