Masyarakat Indonesia semakin mudah mengakses informasi melalui berbagai platform teknologi digital yang menawarkan fitur komunikasi yang kian interaktif. Generasi muda Indonesia sudah tergolong sebagai generasi digital yang intens berinteraksi di ranah digital.

Ciri-ciri generasi digital memiliki pemahaman yang sedikit berbeda mengenai identitas, proses belajar, kebebasan berekspresi, dan privasi. Indonesia sudah memasuki era industri 4.0, yang ditandai dengan kehidupan yang serba digitalisasi dan otomasi. Adapun 4 prinsip generasi melek digital yang sukses, yaitu inovatif, digital-minded, berjiwa wirausaha, dan kolaboratif.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Membuat Konten yang Positif di Media Sosial”. Webinar yang digelar pada Kamis, 15 Juli 2021, ini diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Zahid Asmara (art enthusiast), Hayuning Sumbadra (Kaizen Room), Bondan Wicaksono (akademis dan penggiat masyarakat digital), Mustaghfiroh Rahayu PhD (Dosen Sosiologi Universitas Gadjah Mada), dan Ones (influencer) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Hayuning Sumbadra menyampaikan informasi bahwa guna mendukung generasi melek digital yang sukses, perlu mengetahui dan menghindari konten negatif dan ilegal. Motivasi para penyebar konten negatif dilandaskan kepentingan ekonomi, politik, mencari kambing hitam, dan memecah belah masyarakat.

Menurut Hayuning, salah satu bentuknya adalah hoaks yang merupakan informasi tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya dan bertujuan membuat masyarakat merasa tidak aman. Maka dari itu masyarakat sebaiknya menyebarkan informasi yang bermanfaat dan inspiratif, lakukan siskamling digital, pelajari literasi digital, dan bijak dalam bersosial media.

“Perhatikan juga etika dalam berkomunikasi di ruang digital, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang layak dan sopan. Waspada dalam menyebarkan informasi yang berkaitan dengan SARA, menghargai karya orang lain dengan mencantumkan sumber, dan membatasi informasi pribadi yang ingin disampaikan,” terang Hayuning.

Salah satu peserta bernama Dyah Ayu menyampaikan, generasi milennial sekarang memang melek digital, tapi karena belum mempunyai etika digital jadi suka memberi komen negatif dan ikut menyebarkan hoaks.

“Lalu, bagaimana sebagai orangtua kita mengedukasi anak dan orang sekitar agar dapat membuat rekam digital yang baik?” tanya Dyah.

Hayuning Sumbadra menjawab, kita perlu mengajak orang sekitar untuk menyebarkan hal positif, dan tidak mudah terhasut provokasi. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah selalu mengecek terlebih dulu berita-berita yang disebarkan agar terhindar dari berita-berita hoaks dan tidak ikut menyebarkannya.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Pandeglang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]