Pendidikan di era digital merupakan pendidikan yang harus mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi ke dalam seluruh mata pelajaran. Dengan berkembangnya pendidikan era digital, maka menjadi memungkinkan bagi para pelajar untuk mendapatkan pengetahuan yang berlimpah ruah serta cepat dan mudah.

Di dalam dunia digital dan modern seperti sekarang ini, internet sudah menjadi hal yang sangat wajar, bahkan tergolong sebagai kebutuhan pokok yang tidak terlepaskan dari kehidupan kita sehari-hari. Tantangan terbesar dalam menghadapi perkembangan zaman ini adalah keamanan dalam mengakses informasi yang ada di internet, khususnya bagi para pelajar agar mereka tidak terjebak informasi dan pengetahuan yang menyesatkan.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Adaptasi Pembelajaran di Masa Pandemi”. Webinar yang digelar pada Kamis (26/8/2021) pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Amni Zarkasyi Rahman, S.A.P., M.Si. (Dosen Pengajar Universitas Dipenogoro), Dr. Kismartini, M.Si. (Dosen Fisip Universitas Dipenogoro), Dr. Bambang Pujiyono, M.M., M.Si. (Dosen Fisip Universitas Budi Luhur Jakarta), Adetya Ilham (Kaizen Room), dan Shafa Lubis (Finalis Abang None Jakarta Selatan & Anggota @intothelightid) selaku narasumber.

Literasi Data, Teknologi, dan Kemanusiaan

Dalam pemaparannya, Dr. Bambang Pujiyono, M.M., M.Si. menyampaikan, “Pembelajaran yang ideal membangun interaksi yang baik antara guru, orang tua murid dan peserta didik. Harus menerapkan strategi belajar yang sesuai dengan kebutuhan ilmu yang dipelajari. Teknologi dapat digunakan untuk mencari dan memproduksi pesan-pesan positif yang bermanfaat bagi dunia pendidikan.”

Walau begitu, lanjut Bambang, lingkungan sekitar juga harus memberikan dukungan kenyamanan dalam belajar. Media sebagai ruang digital menyediakan berbagai informasi untuk keperluan belajar, dan hal ini akan melahirkan kemampuan dalam beradaptasi menjadikan kualitas pembelajaran lebih baik (tujuan, proses, sistem) yang sesuai dengan kompetensi.

“Cara merespons masa depan adalah dengan dilakukannya kolaborasi antara dunia industri, akademisi, dan masyarakat untuk mengidentifikasi permintaan dan ketersediaan skill bagi era digital. Juga bahwa dalam dunia pendidikan perlu menyusun kurikulum berbasis literasi data, literasi teknologi dan literasi kemanusiaan,” tuturnya.

Adaptasi pembelajaran

Shafa Lubis selaku narasumber Key Opinion Leader menyampaikan sejumlah tips dan trik mengenai adaptasi pembelajaran di masa pandemi. Saat kita bermain internet, harus mengetahui dulu visi kita untuk main internet itu apa, dan terus dikembangkan sesuai visi tersebut.

Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini menyampaikan, ada orang yang suka audio, ada yang suka visual, dan ada yang suka keduanya (audio-visual). Berdasarkan itu, kita sebagai pengguna media digital yang dapat melihat potensi kita lebih ke yang mana.

Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Jarwoto menyampaikan pertanyaan, “Di masa pandemi ini kita dituntut untuk memiliki digital skill, namun tuntutan ini seringkali tidak disertai dengan perubahan mindset dan perilaku. Contohnya saat diberlakukan WFH (bekerja dari rumah), tidak semua pengajar mampu memaknai bahwa WFH itu tetap mengajar dan bukan artinya libur. Fakta di lapangan adalah bahwa masih banyak pengajar yang belum maksimal dalam mengajar karena mereka tidak memiliki kemampuan berinteraksi dengan teknologi informasi, lalu bagaimana solusinya?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Amni Zarkasyi Rahman, S.A.P., M.Si. “Memang efektivitas pembelajaran digital itu harus muncul dari 2 pihak, baik itu pengajarnya maupun muridnya. Selain itu, keduanya pastinya harus mempunyai keinginan untuk meningkatkan mutu dan kualitas baik dari pengajarnya maupun siswa, dan keduanya harus ikut berperan aktif. Jadi antara guru dan murid pun harus ada feedback untuk bisa saling menyampaikan ide-ide yang ada, saling berpartisipasi dan mendorong kreativitas.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Utara. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.