Perjalanan Tim Ekspedisi Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis masyarakat) Aceh-Papua dimulai saat mendarat di Bandara Mutiara SIS Al-Jufri, Palu, Sulawesi Tengah. Tim ekspedisi bersiap menuju Desa Onu, Kecamatan Pipikoro, Kabupaten Sigi.

Desa Onu merupakan daerah yang dikelilingi gunung-gunung yang terkesan mengapit desa tersebut. Dengan luas tanah sekitar 2.000 meter persegi, desa ini terbagi menjadi 9 RT yang letaknya saling berjauhan. Adapun jumlah penduduknya sebanyak 705 jiwa dengan 198 KK.

Menuju Desa Onu, tim ekspedisi Pamsimas dan selebritas serta host acara Tim Ekspedisi Pamsimas Ricky Perdana harus melewati jalan terjal. Dari Palu, tim menuju kawasan kabupaten Sigi dengan mobil selama dua jam. Dilanjutkan dengan menggunakan sepeda motor ke Desa Onu. Itu pun harus masuk dan keluar hutan pohon kakao dengan jalan setapak dipenuhi bebatuan, kontur tanjakan dan turunan yang kemiringannya mencapai 45 derajat.

“Banyak korban yang jatuh ke jurang. Ini adalah satu-satunya akses menuju desa kami, ” ujar Efeng, salah satu pengendara ojek yang berasal dari Desa Onu. Mata pencaharian mayoritas warga Desa Onu adalah sebagai petani kakao, jagung, dan padi. Ketiga komoditas itu menyumbang penghasilan terbesar di desa tersebut. Sementara itu, warga desa menggunakan air sungai  dan air hujan untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mencuci, mandi, dan lain sebagainya.

Namun, untuk menuju sungai tersebut, warga desa harus berjalan kaki sejauh 200 meter. Ini tidak mudah karena medan yang dilalui sangat licin dan sulit dilalui menggunakan kendaraan.

Bantuan

Tidak hanya letaknya yang terisolasi dan terpencil, akses air minum dan sanitasi di Desa Onu kurang layak. Padahal, warga membutuhkan akses air minum dan sanitasi untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Tidak hanya orang dewasa, anak anak di Desa Onu pun harus menjalani hidup yang keras di desa terpencil dan terisolasi. Itu semua tentu bukan kemauan mereka, tetapi apa daya tidak ada pilihan untuk tumbuh dan berkembang di desa terpencil. Dengan kondisi sulit dan jauh dari perkotaan serta susah untuk mendapatkan akses air minum aman dan sanitasi yang layak, hidup harus tetap dijalani.

Hingga akhirnya pada 2014, program Pamsimas masuk ke Desa Onu dengan memberikan bantuan berupa sarana pembangunan air minum dan sanitasi. Tujuannya, mempermudah warga setempat untuk mendapatkan air, khususnya air minum.

Gotong-royong dan semangat luar biasa ditunjukkan oleh warga Desa Onu setelah mereka paham akan manfaat dari program tersebut, terutama untuk kesehatan anak-anak.

Salah satu syarat desa yang bisa mendapatkan program Pamsimas ini adalah tersedianya sumber air baku dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari permukiman warga. Desa Onu kini telah memiliki in take (bangunan pengambilan air) yang berfungsi sebagai pengambilan air baku dari sumbernya, reservoir yang berfungsi sebagai penampungan  air dan pipanisasi berjarak sekitar 2,5 kilometer dari desa.

“Dulu, sebelum ada Pamsimas, warga Onu buang air kecil dan besar sembarang. Namun, setelah ada Pamsimas, warga menjadi mengerti manfaat buang air kecil dan besar di tempatnya yang merupakan bagian sanitasi,” jelas Sekretaris Desa Onu Meydarto.

Meydarto menambahkan, pada awal program Pamsimas, warga Onu belum mengerti sama sekali apa manfaat yang didapat dari program tersebut. Namun, setelah dijalani, mereka mengerti manfaatnya.

Dukungan fasilitator

Karena keterbatasan kapasitas, masyarakat perlu ditingkatkan kapasitasnya supaya dapat merencanakan dan melaksanakan program dengan baik. Oleh sebab itu, dibutuhkan sejumlah tenaga fasilitator masyarakat untuk melakukan pendampingan dan pemberdayaan secara terus menerus. Harapannya, masyarakat sebagai pelaku utama dalam seluruh tahapan program dapat melaksanakan program tersebut dengan baik dan benar.

Tidak hanya penguasaan konsep, seorang fasilitator harus terampil memfasilitasi setiap kegiatan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program. Untuk bisa memfasilitasi dengan baik, fasilitator dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi, kemampuan memberikan motivasi, kemampuan kerja sama, memiliki kreativitas, dan kedisiplinan yang tinggi.

Fasilitator juga harus menyemangati dan memberikan motivasi kepada warga desa agar mampu melakukan gaya hidup sehat seperti buang air kecil dan besar di jamban dan mengonsumsi air minum yang aman agar tidak terserang penyakit.

Lebih dari itu, seorang fasilitator juga dituntut komitmennya untuk melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati, penuh integritas, dan dedikasi karena mereka akan menjadi suri tauladan bagi masyarakat.

Dalam pelaksanaan tugasnya fasilitator akan berada di desa, dengan jam kerja yang tidak tentu karena sangat tergantung dengan waktu masyarakat. Fasilitator bekerja dalam satu kesatuan tim sebagai tim fasilitator masyarakat (TFM) yang terdiri atas 2 bidang keahlian, yaitu fasilitator masyarakat bidang teknis (penyediaan sarana air minum dan sanitasi) dan fasilitator masyarakat bidang pemberdayaan masyarakat.

Kinerja para fasilitator masyarakat ditunjukkan dengan peran serta dan hasil kerja masyarakat. Peran serta ini tidak hanya didominasi oleh para elite, tetapi juga melibatkan seluruh elemen dan lapisan masyarakat desa.

Hasil kerja masyarakat antara lain ditunjukkan dari proses dan kualitas hasil IMAS (Identifikasi Masalah dan Analisa Situasi); proposal yang dihasilkan; dokumen Pembangunan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan dan Sanitasi (PJM Pro-AKSI) yang dihasilkan; Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang disusun; ketepatan waktu pelaksanaan program; kualitas Sarana Air Minum dan Sanitasi yang dibangun; serta keberlanjutan program yang dilaksanakan oleh BP SPAMS (Badan Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi).

Kinerja BP SPAMS yang baik antara lain mempunyai rencana dan pelaksanaan kegiatan yang baik. Misalnya adanya iuran untuk operasi dan pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi yang mencukupi dan teratur, pengembangan sistem penyediaan air minum dan sanitasi demi penambahan jumlah akses masyarakat terhadap air minum dan sanitasi.

“Di Desa Onu, kami menggunakan jenis perpipaan gravitasi. Perpipaan gravitasi biasanya digunakan untuk permukaan sumber air yang secara topografi atau beda tinggi antara sumber dan lokasi desa (daerah pelayanan Pamsimas) relatif tinggi, sehingga memungkinkan air yang mengalir dari pipa tersebut akan mengalir mengikuti gravitasi,” ungkap Koordinator Fasilitator Lukman Setiawan.

“Kalau ada pipa yang bocor, fasilitator akan  menjadi pendamping warga untuk memperbaiki pipa tersebut. Selain itu, jika ada  warga yang ingin memasang Sambungan Rumah (SR), fasilitator akan mendampingi untuk membuat sambungan rumah tersebut,” lanjut Lukman.

Keberhasilan fasilitator

Atin, salah seorang anggota fasilitator mengatakan, “Fasilitator Pamsimas juga memotivasi warga agar mau membangun sanitasi di rumah masing-masing.” Fasilitator bertugas membangun sanitasi di lingkungan sekolah agar anak-anak di Desa Onu terbebas dari penyakit.” Keberhasilan fasilitator tersebut berkat kerja keras para pembina fasilitator.

“Kita sebagai satuan kerja Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Provinsi Sulawesi Tengah melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap fasilitator agar mereka bisa mendampingi warga  untuk bisa menjalankan program Pamsimas dengan baik,” ucap Ida Syafiah, Kepala Satuan Kerja Pengembanga Sistem Penyediaan Air Minum Provinsi Sulawesi Tengah.

Sementara itu, Kepala District Proyek Manajemen Unit Kabupaten Sigi Eko Mardiono ST mengatakan bahwa program Pamsimas merupakan platform dari berbagai kegiatan yang dimiliki. “Sementara itu, fasilitator sebagai ujung tombak dari program Pamsimas karena mendampingi warga. Program Pamsimas pada 2017  sudah dilakukan di 22 desa,” kata Eko.

Sesuai dengan perencanaan dan potensi sumber air baku, program Pamsimas dimulai dengan memasang jaringan pipa yang melalui sumber mata air atau sungai dengan menggunakan pipa. Di Desa Onu, pipa yang digunakan adalah jenis pipa besi.

Warga pun senang dengan adanya program Pamsimas. Mereka dibantu untuk pendanaannya yakni komposisi pendanaan pembangunan sarana air minum dan sanitasi berasal dari 80 persen APBN dan APBD, sisanya 20 persen dari warga terdiri atas in cash  (dana tunai) sebesar 4 persen dan in kind dalam bentuk tenaga kerja dan material lokal sebesar 16 persen.

Rinciannya yakni APBN dan APBD Rp 220 juta, in kind Rp 44 juta, dan dana in cash dari warga Desa Onu sebesar Rp 11 juta. Total dana pembangunan sarana air minum melalui perpipaan gravitasi tersebut  hingga Rp275 juta.

Bersamaan dengan masuknya Pamsimas ke Desa Onu, warga  desa tersebut yang dibantu oleh fasilitator Pamsimas membentuk Badan Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BP SPAMS) Tanabula, yang anggotanya terdiri dari lima orang yang bertugas untuk mengelola hasil dari kegiatan pasca-program Pamsimas. Badan ini dibentuk secara sukarela untuk mengelola dan memelihara sarana dan prasarana air minum dan sanitasi.

Kehadiran BP SPAM Tanabula memastikan program Pamsimas yang merupakan kerja sama antara pemerintah pusat, daerah, dan seluruh elemen warga dapat berjalan dengan baik, sesuai rencana, dan sarana yang dibangun berkelanjutan.

BP SPAM Tanabula juga melakukan pengembangan sarana ke rumah-rumah warga  berupa penambahan jalur pipa distribusi ke rumah warga yang belum terlayani air secara merata dan melakukan sistem SR.

Saat ini, warga Desa Onu yang dibimbing oleh fasilitator Pamsimas sudah mau membuat sanitasi  dan tempat Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di rumah masing-masing. Total keseluruhan sanitasi  dan tempat CTPS yang dibuat mencapai 110. Pada  tahun 2017, semua RT di Desa Onu sudah 100 persen terpenuhi kebutuhan air minum dan sanitasi untuk kebutuhan sehari-hari.

Pada 2018, 29 desa sudah mengajukan proposal untuk mendapatkan program Pamsimas. Diharapkan, pada tahun mendatang, program Pamsimas bisa menjaring lebih banyak desa yang memang sangat membutuhkan program ini. [*/ASP]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 24 Desember 2017.

banner ekspedisi pamsinas aceh - papua