Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2021 baru saja merilis daftar nominasinya. Yang membanggakan, salah satu nama dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga (FIB Unair) berhasil masuk dalam jajaran nomine kategori Karya Kritik Film Terbaik. Dia adalah Kukuh Yudha Karnanta SS MA.
Menjadi nomine dalam ajang penghargaan tertinggi bagi dunia perfilman Indonesia dan bersaing dengan empat penulis lain tentu membuat dosen yang biasa disapa Kukuh itu sangat senang. Menurut Kukuh, kegiatan menulis adalah hobi dan pekerjaannya selama ini. Ketika hobinya tersebut mampu membawanya menjadi nomine, Kukuh menganggap itu sebagai bonus dan kebahagiaan tersendiri.
“Bisa mendapat nomine adalah suatu bonus. Kalaupun enggak dapat, ya tidak masalah karena di dalam hobi itu tidak ada penyesalan, yang ada justru keasyikan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menceritakan bahwa nomine tersebut diraihnya melalui karya berjudul Going Gaga Kejahanaman: Martabat dan Pandangan Dunia Perempuan Tanah Jahanam yang merupakan kritik terhadap film Perempuan Tanah Jahanam. Meskipun film yang dinobatkan sebagai Film Panjang Terbaik pada FFI 2020 lalu itu bergenre horor dan banyak menceritakan kematian, Kukuh menilai film tersebut sebenarnya berbicara tentang martabat dan kehidupan.
Dalam menulis artikelnya, dosen yang dinobatkan sebagai dosen terbaik FIB pada 2020 lalu itu menyebut dirinya membutuhkan waktu sekitar satu bulan saat liburan semester untuk menyelesaikan tulisannya.
“Kalau tidak pada masa liburan, rasanya mustahil punya waktu luang untuk konsentrasi dan fokus menulis. Jadi, saya bersyukur upaya saya itu bisa mendapatkan nominasi,” ujarnya.
Terakhir, Kukuh berharap untuk ke depannya nanti semakin banyak lagi orang yang menulis kritik film. Menurut Kukuh, kritik film merupakan hal yang penting bagi perkembangan dan ekosistem produksi film.
“Semoga Unair juga lebih peka terhadap potensi-potensi para penulis yang tidak hanya di dunia film, tetapi juga sastra, budaya, literasi, dan bidang lainnya karena itu mampu memberi dampak besar untuk prestasi kampus,” harapnya mengakhiri sesi wawancara. (*)