Kehadiran gawai dan intenet bisa dimanfaatkan sebagai media belajar untuk anak. Dengan media belajar yang menarik anak bisa menikmati proses belajarnya, misalnya saja belajar membaca dan berhitung dengan game edukatif. Walau begitu, perlu diketahui juga bahwa ada pun dampak negatif dari penggunaan gawai oleh anak. Jika anak terlalu banyak menggunakan gawai, maka anak akan kurang aktif bergerak, kurang bersosialisasi dan akan mengganggu kesehatan mata serta telinga jika anak sering menggunakan earphone dengan volume yang tinggi. Game yang dimainkan anak pun harus diawasi oleh orang tua, karena banyak game yang memuat unsur kekerasan dan dewasa. Internet membawa dampak negatif jika pemakaiannya oleh anak tidak didampingi oleh orang tua karena adanya kemudahan serta bebasnya akses terhadap berbagai macam konten.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Dampak Teknologi dalam Perkembangan Anak”. Webinar yang digelar pada Kamis (8/7) diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Yossy Suparyo (Direktur Gedhe Nusantara), Wulan Furrie, MIKom (Praktisi & Dosen Manajemen Komunikasi Institut Stiami), Hayuning Sumbadra (Kaizen Room), Eka Y Saputra (Web Developer dan Konsultan Teknologi Informasi), dan Deasy Noviyanti (Influencer) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Hayuning Sumbadra menyampaikan informasi bahwa “Anak zaman sekarang tergolong sebagai digital native. Sebagai orang tua, harus mampu mengawasi dan mendidik para digital natives ini dan harus belajar lebih cepat dari mereka yang dari kecil sudah ada gadget. Tipsnya untuk orang tua yaitu membuka dialog dengan anak, membicarakan teknologi seperti berdiskusi dengan sahabat, serta temukan titik tengah di antara menjadi orang tua otoriter dan orang tua yang terlalu memanjakan anak. Selain itu, kita juga harus tunjukkan etika yang baik sebagai contoh dalam berkomunikasi. Etika sebagai orang tua kepada anak yang dapat dijadikan contoh yang baik misalnya sampaikan kedua sudut pandang, memposisikan diri kita sebagai teman kepada anak, waspada terhdap cyberbullying dan beritahu anak terhadap bahayanya internet. Di balik setiap anak yang percaya diri, ada orang tua yang lebih dulu percaya kepadanya.”

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Prio menyampaikan pertanyaan “Dalam upaya meningkatkan literasi digital pada anak, bagaimana jika pendidikan mengenai literasi digital ini dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah agar edukasinya lebih merata dan mudah diterima?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Yossy Suparyo, bahwa “Literasi Digital ini merupakan kompetensi dasar saat ini, jadi menurut saya literasi digital ini harus diberikan sebagai materi dasar bagi para siswa atau pelajar di era kekinian. Pada proses belajar mengajar selanjutnya akan banyak menggunakan platform berbasis digital, dan sebenarnya hambatan pertama ada di level guru yang perlu ditingkatkan. Tantangan itu harus kita selesaikan dulu.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Barat. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.