Lebih dari enam dekade lalu sejak China menggelar Canton Fair, pameran yang ditujukan bagi aktivitas ekspor. Kini, negara tersebut menyelenggarakan pameran perdagangan pertamanya yang didedikasikan khusus bagi impor. China sedang menggelar China International Im­port Expo (CIIE) yang pertama, pameran impor berskala nasional pertama di dunia, bertempat di Shanghai pada 5–10 November 2018.

Sebagai proyek utama yang semakin mewujudkan keterbukaan negara tersebut, CIIE menegaskan komitmen China dalam perdagangan bebas dan kemakmuran bersama meskipun proteksionisme terus meningkat.

“CIIE adalah langkah besar China untuk secara tegas mendukung liberalisa­si perdagangan dan membuka pasar­nya kepada dunia dan berfungsi sebagai platform baru bagi dunia dalam mengakses pasar China,” ujar Presiden China Xi Jinping ketika berpidato di Forum Bisnis BRICS di Johannesburg, Juli lalu.

Kemudian pada Oktober, saat bertemu dengan Stephen Perry, Ketua Kelompok 48 Inggris di Beijing, Xi mengatakan, pencapaian besar ekonomi dan pembangunan sosial China selama 40 tahun terakhir telah memperkuat tekad mereka dalam melakukan pembaruan dan membuka diri.

“Dengan kondisi dunia saat ini, China bahkan kian bertekad untuk mendukung liberalisasi perdagangan dan globalisasi ekonomi,” tandas Xi.

Pameran yang luar biasa

Huang Jianzhong, pengamat bidang ekonomi dari Shanghai University of Inter­national Business and Economics, menggambarkan CIIE sebagai pameran impor berskala besar dan tingkat tinggi tanpa preseden global.

Menurut pihak penyelenggara, pameran CIIE menarik peserta dari semua anggota G20, lebih dari 50 negara dan wilayah di sepanjang Sabuk dan Jalur, serta lebih dari 30 dari 44 negara paling tidak berkembang.

Lebih dari 3.600 perusahaan asal 172 negara dan wilayah, serta organisasi internasonal berpartisipasi di CIIE. Lebih dari 160.000 pembeli dari lebih 80.000 perusahaan domestik dan asing juga telah mendaftar untuk hadir. Antusiasme peserta pameran jauh di atas perkiraan sebelumnya. “Area stan untuk bisnis sudah penuh dipesan sejak Juni dan kami harus memperluas area stan hingga dua kali, dari 210.000 meter persegi menjadi 270.000 meter persegi,” kata Sun Chenghai, Wakil Direktur Biro CIIE.

Tercatat lebih dari 40 perusahaan asing termasuk dari Amerika Serikat, Perancis, Jerman, dan Jepang telah mendaftar di muka untuk berpartisipasi dalam CIIE demi mengamankan ke­ter­sediaan stan pameran di Shanghai tersebut.
Para pebisnis asing memburu peluang pasar yang diciptakan oleh salah satu ekonomi utama yang pertumbuhannya paling cepat di dunia dan kelompok berpenghasilan menengah terbesar di dunia, yang menuntut kehidupan lebih baik serta barang-barang berkualitas lebih tinggi.

Foto menampilkan Pusat Ekshibisi dan Konvensi Nasional, lokasi penyelenggaraan China Internasional Import Expo (CIIE) 2018 di Shanghai, Tiongkok timur.(Foto dokumen Xinhua)

China telah menjadi pengimpor barang terbesar kedua di dunia selama 9 tahun berturut-turut, dan mengambil 10,2 persen dari impor global tahun lalu. Otoritas China berharap negaranya akan mengimpor barang senilai 24 triliun dolar AS dalam 15 tahun ke depan.

Mengingat peningkatan sektor konsumsi telah membentuk ulang struktur ekonomi dan perdagangan China, CIIE pun diharapkan memberikan dorongan baru bagi transisi semacam itu dan membuat pasar China lebih mudah diakses dibanding sebelumnya.

Arancha Gonzalez, yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif International Trade Center, menyebut CIIE sebagai “pameran yang sangat unik.” “Ini menandakan komitmen China untuk beralih dari pabrik global menjadi pasar global,” jelas Gonzalez.

Lewat CIIE, China dapat berbagi pengalamannya memperluas ekspor kepada negara-negara lain dan membantu mereka memanfaatkan pasar China, ujarnya. Pameran ini adalah contoh bagaimana perdagangan internasional bisa win-win.

Keterbukaan yang berkualitas tinggi

Dari alas kaki Jepang dan kosmetik AS hingga obat-obatan Jerman serta peralatan mesin Swiss, berbagai barang konsumsi, produk berteknologi tinggi, dan layanan canggih dipamerkan di gelaran CIIE pertama.

Andreas Weller, Presiden Wilayah Asia Pasifik ZF, produsen suku cadang mobil asal Jerman, mengatakan, perusahaannya menampilkan teknologi terbaru dalam hal otonom dan e-mobility di pameran tersebut.

“ZF sangat gembira untuk ambil bagian dalam CIIE pertama, yang penting bagi kami serta perekonomian China untuk semakin terbuka,” sebutnya.

Sementara itu, raksasa kimia AS, Dupont, memamerkan produk-produk perangkat cerdasnya yang saat ini masih dalam pengembangan. Produsen chip Qualcomm juga membawa teknologi mutakhirnya di ranah 5G dan AI. Tak ketinggalan, klub sepak bola Italia Inter Milan berencana mendatangkan bintang sepak bola mereka ke acara tersebut.

Lembaga audit dan konsultasi global Deloitte memamerkan puluhan solusi inovatif bidang AI, pembelajaran mesin dan analisis mahadata, menurut Liu Minghua yang bertanggung jawab atas bisnis Deloitte di wilayah timur China.

“China selalu menjadi salah satu pasar strategis terpenting bagi Deloitte. Kami menantikan untuk berpartisipasi dalam CIIE,” kata Liu.

Di mata ekonom Huang Jianzhong, CIIE menyuguhkan bukti dari keterbukaan China yang berkualitas tinggi. “Dengan keterbukaan yang berkualitas tinggi, daripada berkecepatan tinggi, China mengedepankan perubahan aturan agar dapat semakin membuka pasarnya,” kata Huang.

Awal bulan ini, China mengumumkan potongan tarif yang besar untuk kendaraan dan barang-barang konsumsi. Selain potongan tarif yang memangkas biaya impor, CIIE bertujuan memberikan dukungan kelembagaan dengan cara berbagi informasi dan menjembatani penawaran dan permintaan.

Di pameran itu, sebuah pusat layanan juga didirikan guna menyediakan konsultasi tentang perlindungan hak kekayaan intelektual serta membantu tiap perusahaan mengatasi perselisihan.

Dengan keterbukaan yang berkualitas tinggi, China juga bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan inklusif yang bermanfaat bagi negara maju maupun berkembang.

Untuk partisipan negara-negara yang kurang berkembang di pameran itu, diskon biaya dan sejumlah booth disediakan secara gratis, sementara China COSCO Shipping Corp Ltd, pengapalan resmi yang direkomendasikan, mengena­kan tarif yang lebih rendah.

“CIIE menyediakan jenis barang publik global baru, untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia,” imbuh Sun. (Xinhua/Wang Xiuqiong, Zhou Rui,
Xu Xiaoqing)

China International Import Expo (CIIE) yang sedang berlangsung berfungsi sebagai pembuka peluang bagi bisnis Indonesia di tengah meningkatnya tekanan-tekanan eksternal.

CIIE adalah inisiatif nyata Pemerintah China untuk lebih mendorong keterbukaan tingkat tinggi sekaligus tindakan utama untuk secara proaktif membuka pasar China kepada dunia.

Tindakan ini menunjukkan keper­cayaan diri dan tekad China dalam hal keterbukaan, yang telah mendapat pujian tinggi dan tanggapan hangat dari komunitas internasional.

Acara utama digelar di Pusat Ekshibisi dan Konvensi Nasional di Shanghai pada 5–10 November 2018, yang diharapkan memberikan peluang bagi banyak perusahaan internasional untuk secara langsung menarik konsumen China, perekonomian dinamis Asia dengan lebih dari 1,4 miliar penduduk.

Gelaran ini hadir pada saat yang tepat di tengah upaya keras Indonesia untuk memperluas ekspornya guna mengatasi terus berlanjutnya tekanan eksternal, yang memberikan kesulitan signifikan bagi perekonomiannya yang sangat bergantung pada impor.

Defisit perdagangan Indonesia mencapai 4,09 miliar dollar AS dalam 8 bulan pertama tahun ini, mendorong pemerintah untuk mengambil berbagai langkah untuk menyeimbangkannya.

Kapal kargo SITC, Surabaya, berlabuh di Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan. Perusahaan pelayaran Tiongkok SITC membuka rute internasional pertama dari Makassar ke Xiamen pada 5 Desember 2015 lalu, yang menjadikan kota ini sebagai pusat pelayaran ke Indonesia bagian timur.(Foto dokumen Xinhua/DU YU)

Langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini dan membuat ekonomi negara stabil termasuk memperluas penggunaan biodiesel dalam bauran bahan bakar nasional, membatasi impor peralatan yang tidak penting, menunda beberapa proyek infrastruktur, dan mengenakan pajak lebih besar untuk produk impor tertentu.

Alasan lain untuk memperluas ekspor adalah anjloknya nilai mata uang rupiah terhadap dollar AS yang tren tersebut diperkirakan masih akan berlanjut hingga tahun depan.
Dengan latar belakang ini, CIIE menjadi peluang besar bagi bisnis Indonesia untuk lebih jauh memanfaatkan pasar China, yang telah menjadi sumber perdagangan dan investasi terbesar negara tersebut selama beberapa tahun terakhir.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, CIIE adalah peristiwa besar dan strategis untuk memacu ekonomi dunia.

Ia menambahkan, Indonesia telah memesan ruang pameran bagi para pengusaha Indonesia untuk berinteraksi langsung dengan pembeli potensial di acara perdagangan internasional itu.

“Indonesia memiliki banyak sekali produk yang dapat ditawarkan di CIIE, termasuk paket wisata untuk mengunjungi banyak tujuan di Indonesia dan produk pertanian, seperti kopi, cokelat, minyak sawit, dan lain-lain,” ujar menteri senior tersebut kepada Xinhua di kantornya.

China, lanjutnya, adalah pasar luar biasa yang menggiurkan untuk berbagai komoditas karena populasinya yang sangat besar dengan kelas menengah yang sedang tumbuh yang kini diperkirakan telah mencapai lebih dari 900 juta.

Produk pariwisata menjadi salah satu yang paling diprioritaskan oleh pemerintah selama CIIE mengingat fakta bahwa China memiliki jumlah turis paling potensial di dunia dengan wisatawan bepergian ke luar negeri yang jumlahnya lebih dari 100 juta per tahun, ujar sang menteri.

Indonesia berharap dapat menarik 10 juta kunjungan dalam beberapa tahun mendatang. Wisatawan China sendiri telah mendominasi kunjungan wisatawan asing ke Indonesia, sebuah negara kepulauan dengan lebih dari 17.500 pulau, yang sebagian besar mengunjungi pulau resor Bali.

“Kami berharap untuk melihat mereka mengunjungi lebih banyak tujuan selain Bali. Indonesia memiliki pulau-pulau eksotis lainnya di seluruh negeri. Untuk mencapai target kami, kami sekarang memperluas infrastruktur untuk mendukung pariwisata di daerah, termasuk bandara, hotel dan fasilitas tujuan. Kami juga memperluas penerbangan melayani kota-kota di Indonesia dan China,” tambahnya.
Melalui langkah-langkah itu,

Indonesia dalam beberapa tahun mendatang berharap dapat mewujudkan kedatangan 4 hingga 5 juta turis China ke lebih banyak destinasi di Indonesia, selain Bali.

Ia berharap bahwa CIIE berfungsi sebagai batu pijakan untuk meningkatkan kerja sama perdagangan antara Indonesia dan China, khususnya dalam mempromosikan produk baru yang perdagangannya dapat dieksplorasi lebih lanjut untuk sama-sama menguntungkan mitra bisnis Indonesia dan China.

“Melalui perluasan kerja sama perdagangan yang dimulai dari CIIE, China mungkin akan menemukan lebih banyak sumber untuk memenuhi permintaan konsumen yang meningkat, sementara Indonesia dapat mendorong industri terkait untuk meningkatkan ekspor yang pada akhirnya dapat menyeimbangkan angka impor dan ekspor negara ini,” ujar Luhut.

Ia menambahkan, banyak pebisnis Indonesia mendaftarkan diri untuk ikut serta dalam CIIE melalui Kementerian Perdagangan Indonesia. Luhut mengatakan, dirinya ditugaskan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo untuk menghadiri upacara pembukaan CIIE guna mewakili Indonesia di acara tersebut.

CIIE digelar pada saat yang tepat kala hubungan antara Indonesia dan China telah berkembang secara signifikan sejak kemitraan strategis komprehensif mereka diumumkan 2013 lalu.

Sebelumnya, Ketua DPR RI Bambang Soesatyo mengatakan, telah banyak investasi saling menguntungkan yang dilakukan kedua negara, membuat peningkatan ikatan tersebut jadi bermakna bagi kedua perekonomian.

Nilai perdagangan dua arah antara Indonesia dan China juga telah berkembang, mencatat 58,8 miliar dollar AS tahun lalu, naik dari 47,6 miliar dollar AS pada tahun sebelumnya.

“Oleh karena itu, kerja sama saling menguntungkan perlu dipromosikan lebih lanjut sehingga menjamin tidak ada pihak yang kalah, lebih unggul ataupun lebih rendah di dalamnya,” kata Bambang kepada Xinhua. (Abu Hanifah)

Seputar Pameran Impor Pertama China

China sedang menggelar pameran impor pertama di Shanghai pada 5–10 November 2018. China International Import Expo (CIIE) diikuti oleh lebih dari 172 negara dan wilayah dan lebih dari 3.600 perusahaan. Berikut ini beberapa hal yang menjadi sorotan.

Kesempatan

China adalah pengimpor barang terbesar kedua di dunia selama 9 tahun berturut-turut, dan meraup 10,2 persen dari total impor global di 2017. Negara tersebut mengumumkan pemotongan tarif impor atas 1.585 produk industri termasuk mesin, suku cadang, dan bahan baku mulai 1 November, setelah sebelumnya menghapus tarif dari sebagian besar obat impor sejak Mei lalu, serta mengurangi tarif untuk kendaraan dan produk konsumen pada Juli. CIIE dihadiri 160.000 pembeli dari lebih 80.000 perusahaan domestik maupun asing, melebihi prediksi penyelenggara di angka 15.000 perusahaan.

Seorang staf (kiri) memperkenalkan produk bantalan kepada pengunjung selama acara Matchmaking Meeting for Exhibitors & Buyers of High-end Intelligent Equipement Exhibition Area di China Internasional Import Expo (CIIE) 2018, Shanghai, Tiongkok timur, pada 8 Agustus 2018. (Foto dokumen Xinhua/Fang Zhe)

Partisipasi luas

CIIE diikuti perusahaan-perusahaan dari seluruh negara anggota G20, 50 negara dan wilayah di sepanjang Inisiatif Sabuk dan Jalur China. Lebih dari 30 dari 44 negara terbelakang di dunia berpartisipasi dalam acara tersebut. CIIE menyediakan 2 booth standar gratis untuk negara yang kurang berkembang.

Perusahaan yang hadir termasuk lebih dari 200 nama di daftar Fortune Global 500, serta berbagai perusahaan kecil dan menengah seperti eksportir buah di Asia Tenggara dan produsen kopi di Amerika Selatan.

China memberikan status “Tamu Kehormatan” kepada 12 negara, yaitu, Brasil, Kanada, Mesir, Jerman, Hongaria, Indonesia, Meksiko, Pakistan, Rusia, Afrika Selatan, Vietnam, dan Inggris.

Seorang kontestan menyajikan makanan dalam kompetisi keterampilan pelayanan katering untuk China Internasional Import Expo (CIIE) di Shanghai, Tiongkok timur pada 13 Oktober 2018. Lebih dari 100 kontestan ikut serta dalam kompetisi tersebut. (Foto dokumen Xinhua/Fang Zhe)

Produk berteknologi tinggi

China adalah salah satu pasar terbesar dunia untuk produk high-end seperti robot industri, komputer, dan peralatan mesin. Perangkat cerdas dan high-end menempati salah satu zona terbesar di dalam CIIE, mencakup 60.000 meter persegi.

Para peserta pameran diperkirakan meluncurkan lebih dari 100 produk dan teknologi baru di gelaran tersebut. Produsen Jerman Waldrich Coburg akan memamerkan mesin milling seberat 200 ton, atau produk terbesar yang dipamerkan di ajang itu.

Seorang peserta pameran menampilkan mesin pembuat kopi dalam acara pertemuan penjual dan pembeli pra-pameran di China Internasional Import Expo (CIIE) 2018 di Shanghai, Tiongkok timur, pada 26 Juli 2018.(Foto dokumen Xinhua/Jin Liangkuai)

Perusahaan-perusahaan ternama

CIIE kedatangan raksasa chip AS, Qualcomm dan Intel, jawara elektronik Jepang, Sony dan Panasonic, serta pemain utama produk konsumen, Unilever dan Lego.

Sebanyak 8 produsen alat mesin terkemuka di dunia juga akan berpartisipasi, yang 10 partisipan melakukan debut perdana di China, Asia, atau bahkan secara global.

CIIE juga diikuti oleh Polish Investment & Trade Agency dan perusahaan komoditas harian Kanada, Blue Skin, yang menjadi perkenalan pertama mereka ke pasar China.

300.000 pengunjung

Sekitar 300.000 pengunjung diperkirakan datang ke Shanghai selama pameran tersebut. Kota tersebut telah berbenah untuk mengakomodasi pengunjung, termasuk menjaga kestabilan tarif akomodasi dari 26 Oktober hingga 14 November.

Lebih dari 5.000 relawan direkrut untuk CIIE, menawarkan layanan bahasa Inggris, Jepang, Rusia, Arab, Spanyol, Portugis dan Perancis. Semua relawan telah dilatih dalam tata bahasa, komunikasi interpersonal, pertolongan stres, dan layanan protokoler.

Shanghai

Dengan populasi sekitar 24 juta, kota tuan rumah Shanghai adalah pusat industri dan komersial China, yang merupakan salah satu pelopor hubungan ekonomi dengan negara-negara asing. Selama tujuh tahun berturut-turut, pelabuhan Shanghai telah menangani sebagian besar kontainer dari penjuru dunia.

Selama persiapan CIIE, Shanghai telah membentuk pengadilan khusus dan tim peradilan untuk menangani kasus-kasus perdata dan komersial terkait, industri konferensi dan pameran, lokasi, dan kasus-kasus komersial menyangkut urusan luar negeri.

Seorang pramugari kereta api menginformasikan perihal China International Import Expo (CIIE) pertama kepada penumpang di atas kereta peluru G2 di Shanghai, Tiongkok timur pada 10 Oktober 2018.(Foto dokumen Xinhua/Chen Fei)

Sebuah pusat khusus untuk menangani perselisihan terkait hak kekayaan intelektual juga didirikan. Pemerintah setempat telah merenovasi jalan-jalan di sekitar lokasi gelaran, dan telah mengembangkan aplikasi ponsel demi memandu lalu lintas yang lebih baik di sekitar wilayah tersebut. Tambahan sebanyak 8 rute bus serta 100 bus cadangan juga telah disiapkan untuk acara tersebut.

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 10 November 2018.