Digital Subtraction Angiopgraphy (DSA). Mungkin banyak dari kita yang kurang familier dengan tindakan medis tersebut. Sebenarnya, apa itu metode DSA? Yuk, kita mengenal lebih dalam lagi tentang DSA Cerebral.

Menurut dr Yuwono SpS FINS berdasarkan  literatur ilmiah, DSA Celebral merupakan pemeriksaan yang menggunakan teknik kateterisasi yang bertujuan memberikan gambaran dari dalam pembuluh darah. Singkatnya, kateter akan dimasukkan melalui pembuluh darah dan nantinya akan dilakukan penyemprotan media  kontras. Setelah itu, mesin C-Arm akan menangkap gambaran dari pembuluh darah. Tindakan ini dapat memberikan gambaran pemburuh darah tubuh bagian mana pun, termasuk pembuluh darah pada jantung dan otak.

DSA Cerebral dapat dilakukan untuk mendiagnosis pasien dengan kasus strok iskemik. Strok iskemik merupakan kondisi terjadinya hambatan aliran darah akibat adanya penyempitan pembuluh darah yang menuju ke otak. DSA pun bermanfaat untuk mendiagnosis kasus perdarahan otak atau disebut strok hemoragik, yaitu perdarahan otak terjadi secara spontan yang biasanya dipicu oleh darah tinggi yang tidak terkontrol atau ada bagian pembuluh darah yang abnormal. Perdarahan otak ini juga bisa terjadi tanpa adanya benturan pada kepala.

Baca juga: 

“DSA Cerebral itu bukan tindakan untuk mengobati strok, tetapi untuk memberikan gambaran pada pembuluh darah otak. Apakah ada penyempitan atau penyumbatan, seberapa besar dan lokasi penyempitannya di mana. Dari pemeriksaan awal ini, baru kita menentukan strategi pengobatan selanjutnya,” katanya.

Contoh kasus, pada strok yang masih dalam masa golden period (antara 6-24 jam). Tindakan medis DSA ini sangat dianjurkan dilakukan secepatnya. “Kami sarankan untuk lakukan DSA secepatnya pada pasien kasus strok yang masih dalam masa golden period. Ini untuk mengetahui penyumbatannya seperti apa dan lokasinya di mana sehingga dapat ditentukan langkah terapi,” ungkap dr Yuwono.

Meski demikian, lanjutnya, tidak semua kondisi medis membutuhkan DSA. Menurut dr Yuwono, hanya pasien yang dicurigai memiliki kelainan atau penyempitan pembuluh darah atau kelainan- kelainan lainnya saja yang memerlukan pemeriksaan DSA Cerebral.

“Kami belum menyarankan DSA itu untuk medical check up karena pasien yang punya indikasi adanya kelainan pada pembuluh darah otak saja yang memerlukan DSA. Misalnya, pasien dengan gejala strok berulang, vertigo yang tidak jelas penyebabnya, nyeri kepala yang tidak jelas penyebabnya. Sudah dilakukan bermacam-macam pemeriksaan, tetapi belum diketahui penyebabnya, baru kita lakukan DSA,” urai dr Yuwono.

Efek samping

DSA merupakan salah satu tindakan medis yang sangat aman. Menggunakan bius lokal dan lamanya tindakan berkisar 20-30 menit. Namun, dr Yuwono mengatakan, namanya tindakan medis tidak ada 100 persen aman. Ada yang namanya risiko medis. Dan, risiko medis pada tindakan medis ini bisa dikatakan minim risiko. DSA pun merupakan tindakan medis one day care, artinya pasca-tindakan medis ini, pasien tidak perlu melakukan rawat inap.