Dengan jumlah pengguna media digital yang tergolong masif di Indonesia, hal itu harusnya bisa dijadikan keuntungan. Namun, nyatanya, masih sering terjadi perundungan online massal, seperti yang disampaikan oleh Microsoft yang menobatkan netizen Indonesia “paling tidak sopan se-Asia Tenggara”. Walau begitu, tidak sepenuhnya hal yang dilakukan netizen Indonesia itu selalu tidak baik sehingga masih sangat berpotensi untuk membawa hal-hal yang bersifat positif dan edukatif ke ranah digital dan menghapus jejak digital yang kurang baik.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Netizen Indonesia, Kamu Baik!”. Webinar yang digelar pada Selasa (29/6/2021), pukul 09.00-11.00 diikuti oleh ratusan peserta secara daring.
Dalam forum tersebut, hadir Antonius Andy Permana (Founder dan CEO haho.co.id), Mikhail Gorbachev Dom (peneliti Institut Humor Indonesia Kini), Alviko Ibnugroho SE MM (financologist, motivator keuangan dan kejiwaan keluarga, serta IAPA), Ilham Faris (Kaizen Room), dan Poppy Sovia (aktris dan announcer) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Mikhail Gorbachev Dom menyampaikan, “Secara ekosistem, kita merupakan negara yang beragam, baik di alam, budaya, maupun bahasa. Lanskap ekosistem kita juga mengalami perubahan dengan berpindah dari offline ke online. Walaupun begitu, baiknya kita harus membawa budaya keramahtamahan dan gotong royong di kehidupan dunia digital dalam rangka menangkal konten-konten negatif. Konten negatif dibuat dengan motivasi ekonomi (mencari uang), mencari kambing hitam, politik (menjatuhkan kelompok politik tertentu), dan memecah belah persatuan. Perundungan lebih gampang terjadi karena sifat keanonimitas di internet. Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah tidak membaca dan merespons hal tersebut.”
Para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Maharani Mahisa Campaka menyampaikan pertanyaan “Apakah netizen yang pasif itu adalah netizen yang lebih baik daripada netizen yang kurang sopan? Sementara itu, dalam dunia media sosial itu diperlukan feedback, seperti like, comment, juga share.”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Antonius Andy Permana, “Tidak dapat dikatakan netizen yang pasif lebih baik, sebaliknya pun juga netizen yang aktif bukan merupakan hal yang tidak baik. Di media sosial terdapat like dan dislike, kolom komentar dapat berupa hal yang positif, tetapi juga bisa disalahgunakan untuk menyebarkan kebencian. Semua sangatlah beragam sehingga pentingnya literasi digital ini untuk memahami seluk-beluk konteks di dunia digital. Oleh karena itu, kembali kepada tujuan atau motif bagi pengguna dalam menggunakan fitur-fitur tersebut dan internet secara keseluruhan. Tindakan yang kita lakukan di internet harus kita pikirkan efek dan tanggung jawabnya. Tujuan mengenai apa yang kita lakukan terbentuk dari sikap dan tindakan yang kita lakukan, sekecil apapun hal tersebut, karena akan berbekas selamanya.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.
Kegiatan webinar ini turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.