Fungsi dari media sosial adalah untuk bersosialisasi, saling menyapa, berekspresi, untuk bisnis, dan berbagi. Media sosial juga dapat bermanfaat dalam berbisnis dengan membuka toko online. Bisnis online bisa juga membantu perkembangan UMKM.

Walau begitu, perlu diingat bahwa di media sosial tidak ada ruang private atau pribadi, dan segala sesuatu yang kita bagikan dapat dilihat oleh pihak lain. Ditambah bahwa karakter budaya media sosial sangat beragam, dan saat menggunakannya setiap orang bisa menjadi orang lain. Oleh karena itu, untuk menciptakan ekosistem yang harmonis di dunia digital, perlu menanamkan nilai-nilai gotong-royong. Salah satunya dengan cara membuat konten yang kreatif, positif, jujur, memberi manfaat, bijak, dan bertanggungjawab.

Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Konten Positif yang Siap Viral”. Webinar yang digelar pada Jumat, 6 Agustus 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Panji Gentura (Project Manager PT WestmooreTech Indonesia), Ibnu Novel Hafidz (creative entrepreneur), Mochamad Azis Nasution (Pemimpin Redaksi Channel9.id), Ismita Saputri (Kaizen Room), dan Billy Wardana (Top 3 Mamamia Indosiar) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Mochamad Azis Nasution menyampaikan bahwa sebagai pengguna media digital, kita perlu membuat konten yang sifatnya positif, seperti edukasi, otomatif, tutorial, musik, dan kuliner. Kita dapat menggunakan Youtube sebagai ladang untuk berpenghasilan. Walau begitu, tentu saja harus memperhatikan jenis konten yang kita bagikan.

“Jangan hanya membuat konten hanya demi AdSense sehingga semua nilai-nilai positif dikorbankan begitu saja. Pikirkan terlebih dulu tujuan dan niatnya membuat konten tersebut dan apa pesan positifnya bagi sesama pengguna media digital yang beragam usia dan latar belakangnya. Jangan sampai membuat konten yang menyalahi norma dan etika yang berlaku,” terang Azis.

Billy Wardana selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa berdagang di media sosial seperti sharing di Instastory itu salah satu dampak dari kemajuan teknologi dan dunia digital, karena bisa menjadi personal branding. Dampak negatifnya, adanya jejak digital. Maka harus share yang bermanfaat mengingat di ruang digital ada jejaknya dan bisa dilacak. Jejak digital akan selalu ada.

Salah satu tips yang ia sampaikan adalah untuk saring terlebih dulu saat mendapat informasi. Ia mengatakan, tidak semua orang mempunyai pengetahuan yang kita punya, dan tidak semuanya mempunyai pengetahuan yang sama karena kita semua berbeda-beda.

“Oleh karena itu, jangan sampai men-share berita hoaks. Untuk menghindari itu, kita harus menyaring dengan research fakta-fakta yang sudah valid dan sudah nyata adanya. Baiknya kita berbagi konten yang baik dan bermanfaat saja,” ujar Billy.

Salah satu peserta bernama Reviana Handayani bertanya, “Apakah dengan sebuah konten digital yang positif mampu meningkatkan keterampilan pengolahan emosional dan kegiatan sosial dalam era digital?”

Panji Gentura menjawab, “Ruang positif itu ruang lingkupnya sangat banyak, dan dengan adanya konten-konten yang positif maka konten yang negatif akan tergeserkan. Kita sebagai penanggung jawab perlu memperhatikan efek terhadap konten yang kita bagikan. Dengan mengunggah konten digital, kita pasti secara pribadi merasa sudah bersifat positif secara keseluruhan, tetapi efek di luar sana bisa cenderung merasakan efek negatifnya.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]