Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tajuk “Tips dan Trik Jualan Online”. Webinar yang digelar pada Senin (26/7) di Kabupaten Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Ali Elanshory – Account Excecutive Mediate Indonesia (MNC Group), Vitri Tundjungsari – Mekar Pribadi, Sopril Amir – Tempo Institute dan Fariz Zulfadhil, MBA – CEO of @kubikkreatif.

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Ali Elanshory membuka webinar dengan mengatakan, E-commerce adalah website yang digunakan untuk menjual produk-produk dari pemilik website.

E-commerce ini sering juga disebut dengan istilah toko online. Produk di sini bisa terbatas pada satu brand atau bisa bermacam-macam produk dari berbagai brand. Namun, produk tersebut tetaplah dijual oleh satu penjual saja, yakni si pemilik website itu sendiri.

“Sementara marketplace adalah website pihak ketiga yang bertindak sebagai perantara yang menghubungkan penjual dengan pembeli di internet. Bisa dikatakan marketplace adalah department store online, di mana banyak penjual dengan berbagai jenis produk yang dijual dalam satu lokasi yang sama,” jelasnya.

Vitri Tundjungsari menambahkan, tantangan jualan online di antaranya, kompetisi makin ketat, produk market sudah jenuh, konsumen menginginkan nilai lebih suatu produk dan Kenyamanan.

“Jual lah produk yang dapat memecahkan masalah. Lalu tingkatkan fitur produk, membuka market baru yang belum dimasuki kompetitor, membuat positioning dan marketing produk yang unik, temukan produk yang anda minati dan diminati oleh banyak orang, temukan produk dengan brand yang potensial dan daptasi dengan tren,” katanya.

Adapun langkah-langkah yang perlu disiapkan sebelum membuka marketplace yakni lakukan market research, finalisasi produk yang akan dijual, identifikasi pelanggan dan lakukan segmentasi dan targeting, pilih platform ecommerce untuk menjual produk dan buat strategi marketing untuk pelanggan potensial.

Sopril Amir turut menjelaskan, market place merupakan sebuah ruang jual beli di dunia maya (online, dalam jaringan – daring), yang bermula dari fungsi sampingan dari situs pertemanan dan blog social umum seperti multiply, Kaskus, sampai ruang media social terbaru Instagram atau Twitter.

Market place mengalami lonjakan ketika muncul ruang maya yang khusus dibangun untuk jual beli barang dan jasa, seperti Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Shopee, Zalora, Bhinneka dan sejenisnya.

“Menjadi penjual online idaman yakni harus kredibel (Identitas jelas), jujur (nilai dan kualitas produk), produk unggul, responsif (mudah dihubungi) dan tanggap keluhan dan pahami jagad budaya digital,” paparnya.

Sebagai pembicara terakhir, Fariz Zulfadhil mengatakan, transaksi online yang terpopuler di Indonesia adalah transfer antar bank, Cash On Delivery (COD) dan Rekening Bersama (Rekber).

“Aman dalam transaksi online bisa dilakukan dengan menerapkan prinsip mencegah, menghindari, dan menanggulangi,” ungkapnya. Mencegah, bisa dengan membuat password yang memiliki tingkat kesulitan tinggi. Selain itu, batasi publikasi data dan informasi personal yang sensitif, seperti password, alamat, foto KTP.

Berikutnya adalah menghindari, yang salah satunya menghindari penggunaan wifi publik. Sebab, tidak semua provider wifi Publik menggunakan keamanan yang baik. Lalu, menghindari klik link atau file tidak jelas, terutama dari pengirim yang tidak dikenal.

Terakhir adalah menanggulangi, yakni bisa dilakukan dengan menggunakan layanan aduan pada platform. “Seperti Customer Service, Help Center, Report. Atau bisa juga lapor ke Cyber Police Indonesia.

Dalam sesi KOL, Tissa Carolina mengatakan, bisnis online sebenarnya langkah awalnya adalah kemauan, “dengan kemauan apapun itu pasti bisa. Padahal di zaman digital ini sudah terbantu, bisa memulai bisnis online tersebut bila ada kemauan itu gampang sekali. Berikan foto semenarik mungkin, lalu kasih deksripsi yang menarik,” katanya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Adit menanyakan, bagi UMKM kecil, kira-kira platfom yang mana yang cocok untuk memulai memasarkan produknya secara online?

“Memang tidak bisa dipungkiri bahwa untuk menerapkan Go Digital secara efektif itu diperlukan upaya tertentu. Mulai dari waktu, tenaga, kreatifitas atau pikiran, hingga uang. Banyak UMKM pada awalnya juga menggunakan akun media sosial yang sama dengan akun pribadinya untuk berjualan. Lama kelamaan, hal ini pun perlu dipisah guna menunjukkan profesionalitas usaha kita,” jawab Ali.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.