Komunikasi digital memiliki karakteristik komunikasi global yang melintasi batas-batas geografis, generasi, dan batas-batas budaya. Terkait hal itu, sebagai pengguna media digital kita harus berpartisipasi secara positif dengan beretika dalam bermedia sosial, tidak menyebarkan konten negatif atau hoaks, distribusi dan produksi konten positif, serta berkolaborasi dengan orang lain untuk mengefektifkan gerakan positif.
Hal-hal ini perlu diterapkan agar dapat melawan berbagai macam konten negatif yang ada di ruang digital, yang dapat dihasilkan oleh siapapun karena akses dan komunikasi yang begitu bebas dan terbuka.
Menyikapi hal itu, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar dengan tajuk “Berantas Radikalisme Melalui Literasi Digital”. Webinar yang digelar pada Jumat, 26 November 2021, diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Ahmad Muam (Dosen D4 Bahasa Inggris SV UGM), Muhammad Mustafied (Sekretaris Nur Iman Foundation Mlangi Yogyakarta), Novi Widyaningrum (Peneliti Center for Population and Policy Studies UGM, IAPA), Diana Balienda (Founder DND Culinery), dan Steve Angkasa (Certified Nutritionist dan Entrepreneur) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Muhammad Mustafied menyampaikan bahwa perkembangan teknologi informasi telah menciptakan ruang baru, yaitu ruang digital. Ruang baru ini mengalihkan berbagai aktivitas manusia (pendidikan, sosial, ekonomi, kultural, spiritual, hingga radikalisme-terorisme) di dunia nyata ke dalam dunia digital.
Cyberterrorism merupakan arena baru gerakan radikal sekaligus strategi baru dalam menggerakkan aksi mereka. Terjadi migrasi manusia dari jagad nyata ke jagad maya. Pola penyebaran narasinya melalui website, Facebook, Twitter, dan buletin. Tugas etika digital yaitu mengembalikan kembali tindakan digital manusia yang fluid dan anonim pada lokasi yang menjadi asal-usul tindakan, yakni kesadaran manusia.
Penerapan etika digital oleh kita sebagai pengguna media digital bantu membangun kesadaran alat sebagai alat, bukan sebagai tuan, serta menempatkan kembali manusia sebagai pengguna. Mari manfaatkan media digital secara berkolaborasi agar berdaya dan bernilai lebih kemudian mengkomunikasikannya secara etis kepada warganet lainnya.
“Kita juga dapat melibatkan diri dalam komunitas daring sesuai kebutuhan, menjalin relasi sosial, dan berkontribusi dalam komunitas daring dengan cara membuat dan mengelola forum/komunitas daring, mendiskusikan ide, serta menghasilkan karya bersama yang positif guna melawan konten-konten negatif, termasuk yang bermuatan radikalisme, yang masih banyak ditemukan di dunia digital,” jelasnya.
Steve Angkasa selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa dalam hal memberantas radikalisme di ranah digital, pastikan untuk memperbaiki pola pikir kita dulu. Menurutnya, kalau pola pikir kita sudah kuat, kita bisa memilah informasi, mengingat di luar sana masih marak banyak penipuan.
Kita juga harus konsisten dalam memberikan edukasi kepada orang lain, dan literasi digital menjadi sesuatu yang konsisten agar Indonesia makin cakap digital. Ia mengajak agar kita terus berkarya, banyak sisi positif anak muda yang sangat kreatif. Kalau ingin belajar bikin konten dan marketing itu bisa sekali karena kini bisa belajar di mana saja. Ia juga mengingatkan untuk selalu belajar dari kesalahan dan menjadi lebih baik lagi ke depannya terkait penggunaan media digital.
Salah satu peserta bernama Zidane menyampaikan, di masa sekarang banyak sekali orang yang menyalahgunakan media sosial untuk menyebarkan paham radikal dan ujaran kebencian. Banyak paham beredar yang mampu menjerumuskan pemikiran anak muda yang notabene masih labil untuk melakukan kegiatan yang sangat tidak baik.
“Lalu apa yang harus dilakukan untuk mencegah penyebaran paham radikal tersebut? Apa yang bisa dilakukan kita sebagai anak muda demi menjaga ketentraman Indonesia dan terjauhi dari paham radikal yang merusak ideologi Indonesia?” tanyanya.
Pertanyaan tersebut dijawab Ahmad Muam. “Dari diri kita harus sudah cakap digital terlebih dahulu dengan kemampuan literasi. Kemampuan itu adalah hal yang harus didapat dari paham terhadap penggunaan media digital, tidak hanya membaca. Setelah itu, kita perlu memandu penggunaan dan tulari literasi digital ini ke anak-anak agar mereka lebih paham.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]