Kecakapan dalam menggunakan internet harus dibarengi dengan kehati-hatian dan bijak dalam menerima dan menyebarkan informasi yang diterima. Hal tersebut diungkap dalam webinar “Aman dan Nyaman dalam Bermedia Sosial” yang diselenggarakan pada Selasa (22/6/2021).

Pada webinar dengan tema “Aman dan Nyaman dalam Bermedia Sosial” yang diselenggarakan khusus bagi 14 kabupaten/kota di wilayah DKI Jakarta dan Banten ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yaitu Project Manager PT WestmooreTech Indonesia Panji Gentura, perwakilan dari Kaizen Room Denisa N Salsabila, perwakilan dari Internet Development Institute Sigit Widodo, dan Founder-CEO of Haho.co.id Antonius Andy Permana.

Utamakan kehati-hatian

Panji Gentura membuka webinar dengan memaparkan bahwa pada 2021, total pengguna media sosial menyentuh angka 3,7 miliar orang. Oleh karena itu, sampai pada tahun 2025, diprediksi masih akan terjadi peningkatan atau lonjakan. Dalam menggunakan media sosial, pengguna dituntut untuk selalu berhati-hati karena berhubungan dengan orang lain meskipun dalam bentuk digital. “Kita perlu selalu berhati-hati dalam menggunakan media sosial dan harus sadar bahwa di media sosial ini juga manusia-manusia yang sebenarnya, itu dia pentingnya etika di media sosial,” kata Panji.

Lebih lanjut ia mengatakan, Oleh karena itu, para pengguna harus lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial. “Jadi, apa yang kita lakukan apa yang kita lakukan, harus dilakukan dengan sadar,” tuturnya.

Para pembuat aplikasi pun seakan menyasar waktu dan atensi dari para penggunanya agar lebih lama dalam menggunakan media sosial setiap harinya. “Contohnya ketika handphone kita tiba-tiba muncul suara notifikasi, itu menjadi trigger salah satu pemicu pengguna jadi tidak akan lepas,” ungkapnya.

Sementara itu, Denisa N Salsabila menjelaskan mengenai etika digital (digital ethics). Menurut Denisa, etika dalam berinteraksi dalam ruang digital adalah menggunakan kesantunan, menyadari posisi kita, serta menggunakan tulisan dan bahasa yang jelas. “Etika yang baik dalam penggunaan internet, yaitu mematuhi hukum-hukum atau norma yang berlaku dalam dunia internet, tidak melakukan seruan atau ajakan yang sifatnya tidak baik, memberikan informasi yang baik dan berguna bagi para pengguna internet lainnya,” ucap Denisa.

Ia melanjutkan, dalam bermedia sosial, kita harus waspada terhadap konten negatif, hoaks, ujaran kebencian, dan cyberbullying. “Ingatlah bahwa jejak digital mungkin saja tidak akan bisa dihapus. Sampaikan dengan bijak, sopan, dan santun serta mengikuti etika sekaligus peraturan yang berlaku,” paparnya.

Sigit Widodo sebagai salah satu pembicara memaparkan, saat ini, kita selalu hidup dengan menggunakan handphone sehingga secara otomatis membuat kita juga menggunakan media sosial. “Ini membuat kita harus menggunakannya dengan lebih bijak,” kata Sigit. Dari data yang ia dapat, ternyata orang Indonesia sekarang paling banyak melihat platform YouTube. “Jadi, jangan heran kalau penyanyi-penyanyi kita (Indonesia) itu sangat ngetop di YouTube, bahkan bisa melebihi penyanyi luar negeri.”

Ia pun mengajak masyarakat untuk menggunakan media sosial dengan tepat yaitu mengingat batasan usia. “Lalu gunakan media sosial yang sesuai dengan karakter Anda, gunakan untuk hal-hal yang produktif, sebarkan cinta dan kebahagiaan, bukan kebencian, serta ikuti atau berteman dengan akun-akun yang positif dan tepercaya,” ucapnya.

Sementara itu, Antonius Andy Permana sebagai pembicaran terakhir mengatakan, dalam dunia digital, dikenal dua jenis proteksi digital, yakni yang terlihat maupun tidak terlihat. “Yang terlihat seperti nama akun, foto profil pengguna, deskripsi pengguna, dan identitas yang tercantum dalam akun,” kata Andy. Sementara itu, proteksi yang tidak terlihat seperti PIN, password, two Factor authentication, OTP, dan identitas lain.

Ia melanjutkan, ada beberapa tips melindungi data pribadi. Di antaranya dengan cara menggunakan password (sandi) yang kuat, lalu pahami dan pastikan pengaturan privasi di setiap akun. “Hati-hati menggunakan data pribadi di platform digital dan selalu waspada jika ada komunikasi atau aktivitas mencurigakan, baik dari akun dengan identitas digital yang kita kenal mapun bukan,” pungkasnya.

Bijak berinternet

Dalam sesi tanya jawab, seorang peserta bertanya, apakah kita boleh untuk curhat di dalam media sosial? Karena terkadang kita juga butuh ruang untuk menceritakan sesuatu, apakah salah atau benar? Apa batasannya untuk curhat di media sosial.

Menjawab hal tersebut, Panji Gentura mengatakan, “Sebenarnya batasnya saat kita melakukan sesi curhat di media sosial itu sangat dinanti-nanti oleh para pebisnis. Itu membuat kita sebagai calon target untuk mereka memunculkan iklan-iklan. Dan, satu hal lagi, jangan tersambung dengan Wi-Fi publik karena itu sangat berbahaya dengan gampangnya mereka mengakses data kita,” jelasnya.

Seperti yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo, literasi digital adalah kerja besar. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Perlu mendapatkan dukungan seluruh komponen bangsa agar semakin banyak masyarakat yang melek digital. Ia juga memberikan apresiasi pada seluruh pihak yang terlibat dalam Program Literasi Digital Nasional.

“Saya harap gerakan ini menggelinding dan terus membesar, bisa mendorong berbagai inisiatif di tempat lain, melakukan kerja-kerja konkret di tengah masyarakat agar makin cakap memanfaatkan internet untuk kegiatan edukatif dan produktif,” ujar Presiden Joko Widodo.

Seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital sehingga sangat diharapkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Rangkaian webinar ini akan terus diselenggarakan hingga akhir 2021, dengan berbagai macam tema yang pastinya mendukung kesiapan masyarakat Indonesia dalam bermedia digital secara baik dan etis. Para peserta juga akan mendapatkan e-certificate atas keikutsertaan webinar. Untuk info lebih lanjut, silakan pantau akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.