Secara umum, literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital. Namun, acap ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah yang utama.
Padahal, literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, tetapi juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Saat peluncuran Program Literasi Digital Nasional, Presiden Joko Widodo menyatakan, “Infrastruktur digital tidak berdiri sendiri, saat jaringan internet sudah tersedia, harus diikuti kesiapan-kesiapan penggunanya agar manfaat positif internet dapat dioptimalkan untuk membuat masyarakat semakin cerdas dan produktif.”
Dalam rangka mendukung Program Literasi Digital Nasional, Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital meluncurkan Seri Modul Literasi Digital yang memfokuskan pada empat tema besar; “Cakap Bermedia Digital”, “Budaya Bermedia Digital”, “Etis Bermedia Digital”, dan “Aman Bermedia Digital”. Diharapkan dengan adanya seri modul ini, masyarakat Indonesia dapat mengikuti perkembangan dunia digital secara baik, produktif, dan sesuai nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara.
Proses sosialisasi dan pendalaman Seri Modul Literasi Digital dilakukan dalam bentuk seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital yang menjangkau 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Pada Selasa, 15 Juni 2021, pukul 09.00-12.00 WIB, webinar dengan tema “Literasi Digital Tren Pekerjaan dan Usaha di Dunia Digital” diselenggarakan khusus bagi 14 kabupaten/kota di wilayah DKI Jakarta dan Banten.
Webinar ini menghadirkan narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yaitu Ibnu Novel Hafidz (creative enterpreneur), Rusman Nurjaman (Peneliti Lembaga Administrasi Negara), Dr Nia Sarinastiti MA (Accenture Development Partnership Lead Indonesia dan Dosen Senior Ilmu Komunikasi Unika Atmajaya), dan Yoga Regawa Indra (Gudang UMKM Online).
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Yoga Regawa Indra membuka webinar dengan memaparkan bahwa sebelum 2011, tanpa harus bersosialisasi/berhubungan dengan manusia cukup banyak penggina media daring yang sukses mendulang dollar di ranah digital.
“Tahun 2006–2011 adalah masa kejayaan untuk para bloger. Untuk membuat toko daring, harus memahami minimal bahasa html. Walau begitu, tidak ada cara mudah cari uang, baik di dunia nyata ataupun maya. Hindari money games dan investasi bodong dengan berbagai kedoknya,” katanya.
Rusman Nurjaman kemudian menjelaskan, dalam ruang digital kita akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai individu atau kelompok dari latar belakang kultural berbeda sehingga sangat mungkin pertemuan secara global tersebut akan memunculkan masalah etika. Ia lalu membahas mengenai tata cara, kebiasaan, dan budaya yang berkembang karena teknologi yang memungkinkan pertemuan sosial budaya secara lebih luas dan global.
“Indeks keadaban digital menunjukkan Indonesia menempati peringkat ke-29 dari 32 negara yang disurvei,” terangnya untuk menunjukkan mengenai rendahnya posisi Indonesia.
Ibnu Novel Hafidz juga memaparkan bahwa dunia digital sulit untuk dipisahkan dari kehidupan manusia. Transformasi digital adalah pintu masuk terjadinya perubahan, dan manusia adalah agen perubahan dalam budaya digital.
“Terkait itu, kita sebagai manusia harus memperkuat kapabilitas digital dan membentuk ekosistem digital yang memadai sehingga budaya digital pun dapat bertransformasi dalam bisnis dan organisasi. Teknologi senantiasa berdiri di belakang perubahan radikal, dan perubahan yang paling konstan dalam organisasi adalah the change of culture,” paparnya.
Nia Sarinastiti melanjutkan webinar dengan pemaparan bahwa identitas digital pada dasarnya adalah identitas seseorang sebagai pengguna platform media digital. Penting bagi kita untuk dapat membentuk dan menjaga jejak digital kita sebaik-baiknya dan sejauh yang kita dapat lakukan.
“Malware (malicious software) adalah perangkat lunak yang dirancang untuk mengontrol perangkat secara diam-diam, yang bisa mencuri informasi pribadi milik kita atau uang dari pemilik perangkat. Pastikan memberikan autentifikasi dalam transaksi serta informasikan layanan keamanan apa yang Anda berikan kepada pelanggan,” ujarnya memberi saran dalam berbisnis daring.
Muncul pertanyaan dari peserta mengenai cara menyeimbangkan budaya dan teknologi, sebab dari hari ke hari budaya terus tergerus oleh teknologi yang semakin maju. Ibnu pun menjawab, “Kita harus tetap bisa beradaptasi dengan teknologi dengan cara terus menerus dan mengasah skill dan kemampuan.”
Seperti dikatakan Presiden Joko Widodo bahwa literasi digital adalah kerja besar. Pemerintah tidak bisa bekerja sendirian. Perlu mendapat dukungan seluruh komponen bangsa agar semakin banyak masyarakat yang melek digital. Presiden juga memberikan apresiasi pada seluruh pihak yang terlibat dalam Program Literasi Digital Nasional.
“Saya harap gerakan ini menggelinding dan terus membesar, bisa mendorong berbagai inisiatif di tempat lain, melakukan kerja-kerja konkret di tengah masyarakat agar makin cakap memanfaatkan internet untuk kegiatan edukatif dan produktif,” kata Presiden.
Seri webinar Indonesia #MakinCakapDigital terbuka bagi siapa saja yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital, sehingga sangat diharapkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Rangkaian webinar ini akan terus diselenggarakan hingga akhir 2021, dengan berbagai macam tema yang mendukung kesiapan masyarakat Indonesia dalam bermedia digital secara baik dan etis.
Para peserta juga akan mendapat e-certificate atas keikutsertaan di webinar. Untuk info lebih lanjut, silakan pantau akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.