Tak dapat dipungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, maka baru-baru ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Tantangan Pendidikan Agama Membuat Kurikulum Berbasis Digital”. Webinar yang digelar pada Selasa, 14 September 2021 di Kabupaten Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Adetya Ilham – Kaizen Room, Mustaghfiroh Rahayu, Ph.D – Dosen Sosiologi Universitas Gadjah Mada, Devi Adriyanti – Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta dan Dr Dwi Harsono, MPA, MA – Dosen Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial UNY.
Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Adetya Ilham membuka webinar dengan mengatakan, pendidikan di era digital merupakan pendidikan yang harus mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ke dalam seluruh mata pelajaran.
“Dengan berkembangnya pendidikan era digital maka memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan yang berlimpah ruah serta cepat dan mudah. Maka diperlukan digital skills yang merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital,” katanya.
Adapun beberapa kelebihan dari adanya belajar online, yaitu waktu dan tempat lebih efektif. Siswa bisa langsung mengikuti proses belajar dari rumah. Siswa tidak hanya bergantung pada guru, tapi juga bisa belajar untuk melakukan riset sendiri melalui internet.
Otomatis siswa dilatih untuk lebih menguasai teknologi informasi yang terus berkembang. Lalu menumbuhkan kesadaran pada siswa bahwa gawai bisa digunakan untuk hal-hal yang lebih produktif dan mencerdaskan, tidak hanya untuk bermain sosial media dan game.
“Tips belajar menyenangkan, antara lain pilih tempat belajar yang nyaman, membuat jadwal belajar harian, gunakan aplikasi online untuk belajar, lakukan hal yang bisa meningkatkan mood dan jangan lupa refreshing,” katanya.
Devi Adriyanti menambahkan, pendidikan membutuhkan kurikulum karena kurikulum adalah suatu bahan untuk proses belajar, dan kurikulum sendiri adalah rencana serta pengaturan mengenai tujuan, isi bahan pelajaran serta metode pelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar.
“Jadi, Karena tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia maka kurikulum haruslah berisi bekal yang akan diberikan kepada pelajar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut,” katanya.
Definisi pendidikan agama sendiri yaitu, agama sebagai sebuah mata pelajaran/mata kuliah di lembaga pendidikan adalah pelajaran yang berisi bagaimana meningkatkan kualitas manusia dari segi ketakwaan, akhlak (etika) dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
“Kita tahu, pendidikan agama ini ujung-ujungnya menjadikan manusia yang berakhlak mulia. Aspek cakupan dan praktik pendidikan agama aspeknya adalah antara lain hubungan dengan Allah (Hablum Minallah) dan hubungan dengan Manusia (Hablum Minannas),” jelasnya.
Menurutnya, cara kita untuk memanfaatkan dan mengelola teknologi digital dengan baik yaitu dengan mempelajari mengenai literasi digital, tentunya agar kita semakin cakap digital.
Dunia pendidikan harus hati-hati agar tidak terobsesi dengan teknologi karena menjadikannya tujuan, bukan sebagai alat. Jika teknologi dijadikan tujuan, yang tercipta hanyalah ketergantungan.
Mustaghfiroh Rahayu turut menjelaskan, problem pendidikan agama saat ini, dilihat dari kualitas pendidikan yang memicu rendahnya kualitas SDM, problem Ideologisnya yaitu, lemahnya inisiatif dan komitmen sebagain umat islam dalam menghubungkan penguasaan ilmu pengetahuan dengan kemajuan sains dan teknologi.
“Pembelajaran berbasis media digital harus diikuti dengan budaya digital, yaitu kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Sebagai pembicara terakhir, Dr Dwi Harsono mengatakan, secara definisi, media digital adalah format konten yang dapat diakses oleh perangkat-perangkat digital. Media digital ini bisa berupa website, media sosial, gambar dan video digital, audio digital dan lain-lain.
Karakteristik media digital memudahkan seseorang untuk berselancar (surfing) atau menjelajah (browsing) internet. “Maka diperlukan digital safety, yakni kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Fitur proteksi perangkat keras/lunak, yaitu perlindungan yang bertujuan untuk melindungi perangkat digital dan berbagai ancaman malware dengan menggunakan kata sandi, fingerprint authentication, dan face authentication.
Dalam sesi KOL, Sherrin Tharia menjelaskan, banyak manfaat positif dari internet. “Mengenai pendidikan agama,kita harus membimbing anak-anak kita sesuai dengan pemahaman hukum agamanya tersebut, dan memberikan pemahaman kepada anak semudah mungkin agar lebih cepat dimengerti,” katanya.
Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Agus Susanto menanyakan, bagaimana cara nyata dalam memanfaatkan ruang digital untuk mengetahui pentingnya ilmu keagamaan?
“Cara nyata adalah kita jangan pernah lelah dan disiplin cari tahu tentang keagamaan dan sekarang juga sudah ada aplikasi-aplikasi dalam smartphone, jadi intinya kita harus mau cari tahu, dan jangan hanya dari satu sumber saja agar kita bisa bandingkan, dan cari referensi di Internet,” jawab Adetya.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.