Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi. 

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Tantangan dan Peluang Pembelajaran Jarak Jauh disaat Pandemi Covid-19”. Webinar yang digelar pada Selasa (21/9/2021) di Kabupaten Lebak, diikuti oleh puluhan peserta secara daring. 

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Aina Masrurin – Media Planner Ceritasantri.id, Aidil Wicaksono – CEO Pena Enterprise, Devi Adriyanti – Penulis dan Dosen Univ. Ahmad Dahlan, Yogyakarta dan Dr. MD Enjat Munajat, S.Si., M.TI., – Dosen Administrasi Publik FISIP Unpad/Manajer Akademik & Kerjasama Sekolah Pascasarjana Unpad.

Strategi pembelajaran

Tema yang dibahas oleh masing-masing narasumber meliputi digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Aina Masrurin membuka webinar dengan mengatakan, pandemi Covid-19, mengubah gaya hidup dan kondisi perilaku keseharian, termasuk belajar dan bekerja. 

Belajar daring menjadi salah satu strategi pembelajaran pada kondisi saat ini. Meski begitu, ada tantangan belajar di rumah, yakni kurang bimbingan dari guru, akses internet tidak lancar, tidak punya gawai yang memadai, tidak bisa mengakses aplikasi belajar online dan kurang dampingan dari orang tua.

“Belajarlah dari hal-hal yang kamu sukai, belajarlah secara konsisten, belajarlah bermanfaat untuk orang yang ada di sekeliling kalian. Karena apa yang kamu pelajari sekarang cerminan dari diri kamu di masa depan,” jelasnya.

Aidil Wicaksono menambahkan, karakteristik masyarakat digital atau digital society yakni cenderung tidak menyukai aturan yang mengikat atau tidak suka diatur-atur, dikarenakan tersedianya beberapa opsi, senang mengekspresikan diri, khususnya melalui platform media sosial.

Lalu, mereka terbiasa untuk belajar bukan dari instruksi melainkan dengan mencari, masyarakat digital lebih senang untuk mencari sendiri konten/informasi yang diinginkan. Tidak ragu untuk mendownload dan upload, merasa tidak eksis bila tidak mengupload.

“Perilaku itu membentuk digital culture, yang merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Aidil.

Menurutnya, digital culture merupakan prasyarat dalam melakukan transformasi digital karena penerapan budaya digital lebih kepada mengubah pola pikir (mindset) agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital.

Belajar di era pandemi

Devi Adriyanti mengatakan, tips memanfaatkan peluang belajar di era pandemi untuk orang tua dan keluarga yakni bangun suasana harmonis dan dialogis dalam keluarga. Kenali cara belajar anak, apakah dia lebih senang mendengar, menyimak, lebih senang dikawal atau dibiarkan sendirian. 

“Cari tahu cara mengajar yang sesuai. Konsultasi dengan guru, sharing dengan sesama orang tua, tanya Google. Bangun rasa ingin tahu dan rasa penasaran anak dengan ikut belajar, ikut ingin tahu dan penasaran. Jadikan materi pelajaran sebagai proyek bersama. Jadikan belajar mirip misi dan petualangan dalam gim,” jelasnya.

Sebagai pembicara terakhir, Dr. MD Enjat Munajat mengatakan, digital safety merupakan kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam kehidupan sehari- hari. 

“Keamanan digital perangkat keras meliputi beragam informasi seperti foto, video, data keuangan, data pribadi dll. Kata sandi kuat (kombinasi angka, huruf, dan simbol). Otentifikasi sidik jari, otentikasi wajah dan gunakan antivirus,” paparnya.

Dalam sesi KOL, Julia RGDS menjelaskan, penyesuaian yang dilakukan selama era digital ini seperti dalam cara berkomunikasi yang dilakukan secara online memberikan kemudahan bagi kita untuk dapat berkomunikasi dimana saja tanpa terikat waktu dan ruang.

“Dalam masa transisi ke dunia digital dibutuhkan yang namanya sosialisasi dan komunikasi yang baik dimulai dari keluarga terdekat, kita harus mau selalu mengupgrade diri kita, menambah ilmu kita baik dilakukan dengan cara diskusi dengan teman atau guru,” ujarnya.

Dalam webinar ini, para partisipan yang hadir juga dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Oetari Yanti menanyakan tentang strategi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran jarak jauh agar kita bisa berjalan lancar.

“Kita harus menguasai materi yang basisnya social media, mungkin bisa dilakukan dengan cara sistem shifting di daerah-daerah tertentu atau bisa juga dilakukan dengan cara melakukan kunjungan berkala ke daerah tersebut,” jawab Aina.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Lebak. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, terutama kepada Kominfo. Mengingat program literasi digital ini hanya akan berjalan dengan baik dan mencapai target 12,5 juta partisipan, jika turut didukung oleh semua pihak.