Dunia digital sudah merambah segala segi kehidupan kita, sehingga penting untuk memberi bekal literasi digital ke segala lapisan masyarakat. Salah satu usaha kerja sama untuk mengedukasi masyarakat adalah dengan membuat modul literasi digital yang gratis dan bebas untuk didownload dan dibaca. Mengenai budaya digital pun sudah terkandung dalam pembelajaran kewarganegaraan di pendidikan tingkat tinggi, dan untuk anak-anak ilmu mengenai dunia digital pun juga sudah mulai diperkenalkan pada pembelajaran kewarganegaraan. Walau begitu, pembelajaran soal dunia digital bisa ikut memanfaatkan media sosial dengan mengikutsertakan content creator dan influencer dalam membuat konten yang mengedukasi para pengguna akan literasi digital dan kewarganegaraan dalam bentuk yang menarik dan dapat mencapai jangkauan lebih luas.

Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Menjadi Generasi Cerdas dan Cakap Digital”. Webinar yang digelar pada Senin, 23 Agustus 2021 pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Dalam forum tersebut hadir Samuel Berrit Olam (Founder & CEO PT Malline Teknologi Internasional), Petrus D. Sitepu (Seniman & Motivator), Dr. Ade Maharini A., S.Sos., MM, CFP (Dosen FEB Universitas Ngurah Rai Denpasar Bali & IAPA), Djaka Dwiandi Purwaningtijasa, ST (Digital Designer & Photographer), dan Amelia Nadine (Top 10 Puteri Indonesia 2019) selaku narasumber.

Dalam pemaparannya, Petrus D Sitepu menyampaikan informasi penting bahwa “Etika digital dalam hal menjadi generasi cerdas dapat berupa sharing knowledge atau bertukar informasi dengan siapapun karena tidak adanya batasan fisik dan ruang dalam ruang digital. Lalu, informasi yang dibagikan dapat berupa bentuk konten audio visual untuk membuatnya lebih menarik dan mudah dipahami oleh banyak orang. Jangan lupa untuk selalu perhatikan HaKI atau Hak Kekayaan Intelektual dengan mencantumkan sumber pada suatu konten yang diambil atau digunakan dari sumber pengguna lain. Pengguna media digital juga harus menghindari membuat atau mengonsumsi konten yang bersifat deepfake. Pada dasarnya menjadi pengguna media digital yang baik demi berkontribusi pada generasi cerdas itu mudah, khususnya bila sudah menerapkan etika digital. Etika digital mengajarkan pengguna untuk menjadi bijak dalam bermedia sosial, dengan benar-benar berpikir sebelum membagikan atau posting sesuatu. Memiliki dan menerapkan etika digital akan membawa manusia kepada sebuah prestasi global dan kebahagiaan yang mutlak dalam realitas dan virtual.”

Amelia Nadine selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa selain bekerja di salah satu BUMN, sebagai menjadi model dan peragawati serta pembicara, pemanfaatan teknologi di masa pandemi sangat ia rasakan. Menurutnya, belajar untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi harus dimulai dengan niat yang baik untuk mau belajar. Terbukanya dan mudahnya akses internet membuat kita dapat mempelajari informasi baru sehingga dapat membantu mengasah keahlian dan minat kita, misal bermain piano, belajar bahasa asing, atau memasak. Baginya, kembali lagi kepada diri sendiri dalam memanfaatkan sosial media; apakah untuk hal positif atau negatif, sehingga dibutuhkan keahlian dalam memilah-milih. Dalam pentingnya pembelajaran literasi digital, menurut pengalamannya masih ada generasi yang belum cakap dan tidak besar dengan kemajuan teknologi saat ini. Padahal tanpa adanya niat untuk menggunakan internet secara positif, kita akan mencari segala cara untuk bisa mengakses konten-konten yang sudah diblokir. Selain itu, ia juga ingatkan kita untuk selalu hindari hate speech, dan pintar dalam mengolah informasi untuk menyaring berbagai hoaks yang ada.

Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Sophia Maharani menyampaikan pertanyaan “Di masa sekarang, rata-rata teman-teman semua bisa menghabiskan waktu di media sosial, dan sekarang ini sedang banyak trend yang kurang baik di media sosial. Jika ada teman kita melakukan salah satu trend yang kurang baik tersebut, kira-kira alangkah baiknya kita menegur dan memberitahunya atau dibiarkan saja?”

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Petrus D. Sitepu, bahwa “Jika teman kita berbuat salah, apa benar kita akan membiarkan mereka melakukan hal tersebut? Manusia sebagai makhluk sosial harus berinteraksi dan membutuhkan orang lain dalam berkehidupan, sehingga pentingnya untuk menasihati dan mengingatkan sesama dengan menggunakan tutur bahasa yang halus dan secara pelan-pelan. Sampaikan pesan yang ingin disampaikan dengan membayangkan pesan tersebut apakah menyakiti perasaan kita sendiri atau tidak.”

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.