Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.

Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.

Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Tips Dampingi Anak Belajar di Era Pandemi”. Webinar yang digelar pada Jumat, 8 Oktober 2021 di Kota Tangerang, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.

Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Ridwan Muzir (Peneliti dan Pengasuh tarbiyahislamiyah.id), Arfian (Dosen dan Konsultan SDM), Didin Sutandi (Penulis dan Jurnalis), dan Zulfan Arif (Translator dan content writer).

Ridwan Muzir membuka webinar dengan mengatakan, yang harus disadari orangtua dalam mendampingi anak belajar dari rumah, yakni pandemi adalah situasi darurat dan pendampingan harus disesuaikan supaya anak tidak tambah stres.

“Orangtua harus belajar cepat tentang bagaimana jadi guru pemula dan belajar teknologi digital. Belajar adalah proses bertahap yang dilalui anak dari tidak tahu menjadi tahu; dan belajar bukan sekedar menjawab soal dan dapat nilai, belajar bukan sekedar tahu apa tapi yang paling penting bagaimana dan mengapa,” tuturnya.

Tips praktis dalam mendampingi anak belajar di era pandemi, yakni bangun suasana harmonis dan dialogis dalam keluarga, kenali cara belajar anak apakah dia lebih senang mendengar, menyimak lebih senang dikawal atau dibiarkan sendirian, cari tahu mengajar yang sesuai, pelajari teknologi lewat Google sesama orangtua, bangun rasa ingin tahu dan rasa penasaran anak dengan ikut belajar, ikut ingin tahu dan penasaran, musyawarahkan jadwal dengan anak serta sanksi pelanggarannya.

“Dalam suasana pandemi anak butuh teman seperjuangan dan dukungan dalam belajar. Belajar dari rumah justru akan memperkuat karakter anak, karena dia bekerja sama dan didampingi oleh orang yang dia sayangi dan menyayanginya sejak lahir,” katanya.

Arfian menambahkan, munculnya internet banyak memberikan manfaat, seperti belajar menjadi lebih mudah dan keterbukaan akses informasi. Meski begitu, internet juga menimbulkan mudharat, seperti semakin kuatnya budaya instan, kemudahan anak untuk mengakses berbagai konten yang tidak layak, maraknya berbagai kriminalisasi.

“Sebagai orangtua, memiliki tanggung jawab dalam mendidik anak-anak, terutama saat menjaga mereka dari hal-hal yang tidak kita inginkan,” tuturnya. Menurut Arfian, cara mendidik anak yang positif berpengaruh sangat besar pada perkembangan anak-anak.

Didin Sutandi turut menjelaskan, saat pandemi peran orangtua sebagai pendidik menjadi bertambah. Ini menjadi tantangan dan sekaligus kesempatan emas. “Orangtua perlu mengkondisikan anak untuk disiplin dan menjaga komunikasi dengan guru. Selain mendampingi belajar saat ini adalah kesempatan orangtua membentuk dan menguatkan karakter.”

Sebagai pembicara terakhri, Zulfan Arif mengatakan, ruang digital adalah realitas baru yang seharusnya tidak merubah seseorang menjadi berbeda dari realitas di dunia nyata. Disrupsi teknologi digital yang berlangsung dengan sangat pesat, sehingga mempengaruhi tatanan perilaku masyarakat.

“Rendahnya literasi digital menyebabkan seseorang terindividualis sehingga berani melakukan hal-hal yang negatif sebab merasa aman bersembunyi dibalik layar gadget. Ruang digital seperti dua sisi mata uang, satu sisi memiliki berbagai macam manfaat untuk kreatifitas dan produktivitas, di sisi lain juga memiliki sisi negatif,” tuturnya.

“Aktivitas online yang kurang hati-hati membuka peluang anak dan remaja terekspos hal-hal yang berpotensi mengancam keselamatan mereka. Peranan orangtua, keluarga, dan guru yakni membantu anak-anak memahami informasi pribadi. Kunjungi dan pelajari akun media sosial anak, jelaskan bahwa anak-anak hanya boleh memposting informasi yang nyaman bagi dirinya dan orang lain, jelaskan tentang jejak digital,” ujarnya.

Dalam sesi KOL, Ronald Silitonga mengatakan, pembelajaran online ini hal yang mendadak mau tidak mau harus sekolah online, meski masih banyak ketimpangan penggunaan teknologi antara sekolah di kota besar dan daerah, serta adanya ketimpangan kompetensi oleh guru.

“Kalau kita sudah bersentuhan dengan internet kita harus mempunyai edukasi yang baik bagaimana kita bijak dalam menggunakan internet, bagaimana caranya kita memberikan dasar yang baik, program literasi digital ini bagus sekali dan berharap tidak berhenti di kita tapi kita sharing juga ke yang lain,” jelasnya.

Salah satu peserta bernama Arbaiyah menanyakan, bagaimana membangun rasa percaya diri anak dan melatihnya agar bisa bersosialisasi dengan baik?

“Untuk pendidikan dasar bisa diatasi dengan orangtua ikut andil memperkenalkan dengan teman-temannya. Para orangtua juga bisa bersosialisasi di media nyata maupun di media sosial. Untuk memastikan sosialisasi itu berjalan bisa dimulai dengan sosialisasi dengan orang-orang terdekat. Kesabaran dan ketekunan dapat menjadi kunci di era pandemi ini,” jawab Ridwan.

Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Tangerang. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]