Budaya bermedia digital adalah kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari−hari. Provokasi adalah perbuatan untuk membangkitkan kemarahan, tindakan penghasut dan pancingan. Masalah utamanya adalah penetrasi internet yang tinggi di Indonesia tidak diimbangi dengan kemampuan berpikir kritis terhadap informasi yang beredar di internet. Hal ini artinya ada banyak orang Indonesia berkerumun di internet dan terpapar oleh beragam informasi tanpa literasi digital yang memadai.
Menyikapi hal itu, maka lembaga Kominfo bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital dalam menggelar webinar dengan tajuk “Melawan Provokasi di Dunia Digital dengan Bijak”. Webinar yang digelar pada Kamis, 9 September 2021, pukul 13:00-15:30 diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.
Dalam forum tersebut hadir Trisno Sakti Herwanto, SIP, MPA (IAPA), Pradhikna Yunik Nurhayati, SIP, MPA (IAPA), Dr Rita Gani, MSi. (Mafindo, Fikom Unisba & Japelidi), Andrea Abdul Rahman Azzqy, SKom, MSi, MSi(Han) (Dosen Universitas Budi Luhur Jakarta), dan Hilyani Hidranto (News Presenter SEA Today) selaku narasumber.
Dalam pemaparannya, Dr Rita Gani, M.Si. menyampaikan informasi penting bahwa “Untuk menghindari provokasi di dunia digital caranya adalah dengan tidak menyebarkan berita bohong dalam berbagai platform. Kita sebagai pengguna media digital yang mewakili negara kita harus menerapkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai kecakapan digital. Dengan paham nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital, kita akan semakin banyak memproduksi dan mendistribusikan konten-konten positif yang berlandaskan nilai-nilai tersebut. Hal itu juga dapat mendorong partisipasi dan kolaborasi yang aktif dalam rangka menumbuhkembangkan nilai-nilai tersebut di ruang digital.”
Hilyani Hidranto selaku narasumber Key Opinion Leader juga menyampaikan bahwa sayangnya dengan pengguna internet yang banyak juga sering tersebarnya hoaks, sehingga perlunya literasi digital karena masih belum banyak yang menyaring informasi yang diterima, terutama di media sosial. Akses internet sudah menjadi kebutuhan primer karena dapat membawa berbagai kemudahan untuk manusia, seperti mendapatkan informasi secara instan. Khususnya sekarang, internet menjadi media untuk pembelajaran pendidikan online yang dijalankan saat ini. Media sosial, seperti Instagram, tidak hanya menjadi diary, tetapi menjadi media promosi terhadap diri sendiri yang dapat membawa banyak keuntungan. Supaya kita tidak terprovokasi, kita harus menjadi pengguna internet yang bijak dengan membekali diri dengan literasi digital. Biasakan untuk melakukan cross-check sumber informasi dan filter akun yang diikuti untuk membuat kita lebih aman. Penting untuk bekali diri dengan kemampuan digital safety seperti mengubah sandi secara berkala dan tidak memberikan sembarang data dan informasi.
Para partisipan yang hadir juga dipersilahkan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta bernama Fakhrizal menyampaikan pertanyaan “Seseorang melakukan provokasi pastinya ada hal yang menguntungkan bagi orang tersebut, tapi apakah bisa jika seseorang melakukan provokasi karena disuruh atau diminta membuat ricuh suatu hal? Apakah beberapa orang akhirnya menjadikan provokasi sebuah pekerjaan?”
Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Dr Rita Gani, MSi, bahwa “Bisa, karena saat ini buzzer sudah sebagai pekerjaan. Misal saat pemilihan umum presiden sebelumnya di tahun 2020, dengan settingan yang luar biasa, seperti metode pengumpulan pesan, tujuan penyampaian pesan tersebut, cara penyampaian, semua dipikirkan sebaik dan sedetail mungkin. Situasi politik kita mendatang nampaknya tidak akan terlalu berubah, bahkan bisa menjadi lebih fluaktif sehingga kita harus mempersiapkan diri dengan memiliki literasi digital. Tujuan atas aksi tersebut tidak mementingkan etika dan sebagai pekerjaan para oknum hanya mengejar hasil akhir sebagai suatu bisnis tanpa memikirkan baik-buruknya.”
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kota Jakarta Timur. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten. Juga, bagi yang ingin mengetahui tentang Gerakan Nasional Literasi Digital secara keseluruhan bisa ikuti akun Instagram @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.