Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan baru terkait situasi global. Untuk itu, Indonesia harus menghadapi keadaan ini dengan kewaspadaan yang tinggi.
Hal itu diungkapkan Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada Mandiri Investment Forum (MIF) 2023, Rabu (1//2/2023), di Jakarta. Presiden memberi arahan bahwa langkah antisipasi dan mitigasi risiko harus disiapkan. Namun, Indonesia tetap harus optimistis sebab ekonomi nasional ditopang oleh berbagai peluang pertumbuhan dari berbagai sektor potensial, antara lain konsumsi, pariwisata, dan industri hilirisasi.
“Komitmen kita untuk hilirisasi telah membuahkan hasil. Pada 2022, nilai ekspor produk turunan nikel seperti ferro-nikel dan stainless steel meningkat hingga 40 kali lipat dari yang sebelumnya Indonesia hanya mengekspor nikel dalam bentuk bijih. Selain itu, nilai tambah yang diberikan dari mengolah bijih nikel menjadi ferro-nikel mencapai 14 kali lipat. Sementara itu, pengolahan dari bijih nikel menjadi stainless steel mampu memberikan nilai tambah hingga 19 kali lipat,” jelas Presiden.
Optimisme tersebut senada dengan tema MIF 2023 yakni “Prevailing Over Turbulence”. MIF merupakan forum investasi tahunan terbesar hasil kolaborasi Bank Mandiri dan Mandiri Sekuritas yang didukung Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Tahun ini merupakan MIF ke-12 yang diikuti secara luring dan daring oleh oleh 25.000 peserta, dari jumlah tersebut sebanyak 800 peserta merupakan investor mancanegara.
Presiden melanjutkan, pemerataan infrastruktur di seluruh wilayah menjadi penarik calon investor. Ditambah sejumlah hal yang mendukung investasi masuk ke Indonesia, antara lain stabilitas politik dan keamanan, fundamental ekonomi nasional, serta kepemimpinan Indonesia dalam G20 dan sekarang menjadi Ketua ASEAN.
Kepala Negara juga mengajak seluruh yang hadir, terutama kalangan perbankan, untuk memberi kemudahan penyaluran kredit pada investasi yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Seperti pembangunan smelter yang memberikan keuntungan bagi negara dan perbankan.
Jokowi menceritakan bahwa ia sempat bertanya kepada Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Darmawan Junaidi tentang realisasi kredit dan laba perusahaan pada 2022. Ia pun mengapresiasi kinerja Bank Mandiri yang solid sepanjang 2022.
“Harus kita apresiasi Bank Mandiri yang bisa menyalurkan kredit tumbuh 14,9 persen dan keuntungan perusahaan yang Rp 41 triliun,” kata Presiden.
Sementara itu, sebagai respons dalam menjawab tantangan dan peluang investasi di Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga optimistis bahwa Indonesia mampu melalui berbagai tantangan global. Hal ini didukung kondisi fiskal yang sehat untuk memitigasi dampak pandemi Covid-19 dan mempercepat pemulihan ekonomi.
Kebijakan fiskal 2023, kata Sri, bertujuan untuk memberikan landasan yang kokoh bagi perekonomian, antara lain melalui defisit yang adaptif pada pemulihan ekonomi yang berkelanjutan serta menghadapi ketidakpastian global.
“Kementerian Keuangan tetap antisipatif, responsif, dan fleksibel dalam menanggapi ketidakpastian dengan tetap mencerminkan optimisme dan kehati-hatian,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, sinergi penyelenggaraan MIF 2023 bertujuan untuk menyamakan data investasi. Menurut Erick, selama ini masalah yang muncul dan menjadi hambatan adalah data investasi yang tidak sama.
“IMF menyatakan resesi tidak terjadi dan ini sangat menggembirakan. Selain itu, IMF memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal tumbuh 5 persen lebih, di atas negara lain, baik negara yang tergabung dalam G20 maupun negara-negara lain,” ujar Erick.
Erick menambahkan, MIF 2023 merupakan ajang berdiskusi untuk membuka peluang investasi di Indonesia. Termasuk mengajak sektor privat berkontribusi dalam pembangunan seluruh sektor, termasuk Ibu Kota Negara (IKN).
Menanggapi hal itu, Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, pihaknya menyadari penuh upaya tersebut dan berkomitmen kuat untuk mendukung pemerintah dan dunia usaha di Indonesia agar mampu menjadi destinasi investasi para pemilik modal dan korporasi pengelola aset.
“Melalui MIF, Bank Mandiri Group berharap calon investor memperoleh update informasi mengenai peluang investasi di Indonesia dan sederet reformasi kebijakan yang telah diperkenalkan pemerintah untuk menggaet para investor. Lewat forum ini, Bank Mandiri Group berkomitmen memberi kontribusi untuk terus memperkuat pertumbuhan ekonomi di tengah meningkatnya risiko resesi global,” ujar Darmawan.
Ia menerangkan, dunia bisnis juga harus adaptif dan segera merespons dengan baik berbagai perkembangan baru seperti transformasi teknologi, talent management, customer experience, dan isu terkait ESG seperti carbon print dan kepedulian terhadap keberlanjutan.
Senada, Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengungkapkan, komitmen Bank Mandiri dalam membangun iklim investasi yang kondusif di Indonesia telah direalisasikan, antara lain melalui keberadaan kantor luar negeri (KLN) Bank Mandiri, seperti di Shanghai, Hong Kong, Singapura, Kuala Lumpur, London, Cayman Island, dan Dili.
“Tak hanya memfasilitasi kepentingan korporasi Indonesia di luar negeri, kehadiran KLN Bank Mandiri ini juga berperan untuk menjembatani kebutuhan korporasi global yang telah ataupun akan berbisnis di Indonesia, misalnya melalui jasa advisory atau fasilitator perdagangan,” pungkas Panji. [*]