Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menyampaikan bahwa prospek ekonomi Indonesia akan semakin membaik dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dan stabilitas yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2019 diperkirakan tetap meningkat hingga mencapai kisaran 5,0-5,4%.

Inflasi 2019 tetap terkendali pada kisaran sasaran 3,5+1% dengan terjaganya tekanan harga dari sisi permintaan, volatile foods dan administered prices, ekspektasi inflasi,  dan stabilnya nilai tukar Rupiah. Defisit transaksi berjalan 2019 akan turun menjadi sekitar 2,5% dari PDB dengan langkah-langkah pengendalian impor serta peningkatan ekspor dan pariwisata. Fungsi intermediasi perbankan dan pembiayaan ekonomi dari pasar modal akan terus meningkat.

Pertumbuhan kredit pada 2019 diprakirakan mencapai 10-12%, sementara pertumbuhan DPK perbankan mencapai 8-10% dengan kecukupan likuiditas yang terjaga. Dalam jangka menengah, pertumbuhan ekonomi  2024 diproyeksikan akan lebih tinggi lagi yaitu mencapai kisaran 5,5-6,1%, dan defisit transaksi berjalan akan menurun dibawah 2% dari PDB. Demikian disampaikan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2018 yang dihelat pada Selasa (27/11/2018) di Jakarta Convention Center.

PTBI diselenggarakan rutin setiap akhir tahun untuk menyam­paikan pandangan Bank Indonesia mengenai kondisi perekonomian terkini, tantangan dan prospek ke depan, serta arah kebijakan Bank Indonesia. Pertemuan dihadiri oleh Presiden RI, Joko Widodo, Pimpinan Lembaga Negara, Menteri Kabinet Kerja, Gubernur Kepala Daerah, pimpinan perbankan dan korporasi nonbank, akademisi, pengamat ekonomi, serta perwakilan sejumlah lembaga internasional. Tema yang diangkat dalam PTBI 2018 adalah “Sinergi untuk Ketahanan dan Pertumbuhan.”

Dalam pertemuan terse­but, Presiden Joko Widodo menyampaikan apresiasi atas langkah Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi khususnya stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian ekonomi global. Kebijakan Bank Indonesia dipandang tidak hanya menunjukkan ketegasan dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, namun juga mampu membawa persepsi positif terhadap pelaku pasar. “BI menunjukkan determinasinya untuk membentengi rupiah. Dalam bahasa keseharian kita, bisa saja disebut ‘taringnya’ BI keluar. Keberanian seperti inilah yang kita butuhkan pada saat menghadapi kondisi ekonomi dunia yang banyak ketidakpastian,” ungkap Jokowi.

Arah Bauran Kebijakan Bank Indonesia 2019

Di tengah perkembangan ekonomi global yang belum kondusif, kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2018 cukup baik dengan stabilitas yang tetap terjaga dan momentum pertumbuhan yang berlanjut. Bank Indonesia memandang terdapat tiga pelajaran penting perjalanan ekonomi 2018 yang dapat dipetik untuk memperkuat sinergi dalam memperkuat ketahanan dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan di tengah kondisi ekonomi global yang masih akan kurang kondusif. Pertama, stabilitas dan ketahanan perekonomian perlu terus diperkuat. Kedua, daya saing dan produktivitas harus terus ditingkatkan untuk mendorong momentum pertumbuhan ke tingkat yang lebih tinggi. Ketiga, sinergi kebijakan antar otoritas menjadi kunci dalam upaya untuk memperkuat struktur ekonomi nasional .

“Dalam konteks sinergi kebi­jakan ekonomi nasional, bauran kebijakan Bank Indonesia yang sudah kami lakukan di 2018 akan kami perkuat pada 2019,” ujar Perry. Terdapat 7 (tujuh) area kebijakan yang akan ditempuh oleh Bank Indonesia.

Pertama, kebijakan moneter akan tetap difokuskan pada stabilitas, khususnya pengendalian inflasi sesuai sasaran 3,5+1% dan stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai fundamentalnya. Stance kebijakan moneter yang pre-emptive dan ahead-the-curve akan dipertahankan pada tahun 2019. Kedua, kebijakan makroprudensial yang akomodatif akan ditempuh untuk mendorong intermediasi perbankan dalam pembiayaan ekonomi  termasuk untuk men­jaga ketahanan sistem. Ketiga, kebijakan sistem pembayaran akan terus dikembangkan untuk kelancaran, efisiensi, dan keamanan transaksi pembayaran nontunai maupun tunai, termasuk dalam mendukung ekonomi dan keuangan digital.

Keempat, akselerasi pendalaman pasar keuangan terus didorong untuk mendukung efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi secara lebih luas serta terus berpartisipasi aktif dalam inovasi berbagai instrumen pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur ke depan. Kelima, mendorong pengembangan eko­nomi dan keuangan syariah, baik melalui program-program Bank Indonesia maupun seba­gai bagian program Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS).

Keenam, perluasan pengembangan UMKM dengan fokus pada pengendalian inflasi dan penurunan defisit transaksi berjalan. Ketujuh, kebijakan internasional diarahkan untuk memperkuat persepsi positif terhadap Indonesia dan berperan aktif dalam perumusan kebijakan di berbagai lembaga internasional.

Disampaikan Perry, bahwa sinergi merupakan kunci untuk mampu memperkuat ketahanan dalam menghadapi dampak rambatan global dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi menuju negara maju yang sejahtera. BI akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah, OJK, dan otoritas lain. Membaiknya sinergi antar instansi dan dampak kolaborasi yang semakin nampak juga diakui oleh Presiden Jokowi.

Dalam acara tersebut, BI sekaligus memberikan apresiasi dan pengakuan nasional kepada 40 (empatpuluh) pelaku ekonomi dari 14 (empatbelas) kategori yang terdiri dari korporasi, individu, perbankan, dan klaster. Penghargaan ini diberikan sebagai suatu bentuk apresiasi atas kinerja terbaik para pelaku ekonomi, serta merefleksikan jalinan sinergi antara Bank Indonesia dan para pelaku ekonomi yang bersama-sama Pemerintah, OJK dan LPS berupaya mewujudkan stabilitas makroekonomi, serta memfasilitasi akselerasi pertum­buhan ekonomi secara sehat dan berkesinambungan. [*]

Artikel ini terbit di Harian Kompas edisi 29 November 2018.