/CERITA.

Oleh : Ramengvrl – Hip hop musician

Entah apa jadinya kalau Jakarta nggak punya transportasi daring (online), terutama sepeda motor. Boleh dibilang, mobilitas aku selama ini, terutama di Jakarta, bergantung pada transportasi berbasis aplikasi.

Tiga tahun lalu, aku harus berjibaku di dalam bus umum hanya demi sampai kantor. Bertempat tinggal di Jakarta Timur dan bekerja di Jakarta Pusat membuat hidup terasa tidak nyaman.

Dan, selama tiga tahun itu, aku merasa intensitas kemacetannya makin lama makin tinggi. Aku jadi harus bangun lebih pagi dalam beberapa tahun. Dan, aku tidak bisa terima hal itu. Karena pada dasarnya, orangnya butuh istirahat lebih panjang. Pokoknya, kalau ada hal yang bisa membuat tidur lebih lama dan bangun lebih siang, aku pasti ambil kesempatan itu. Ha-ha-ha.

Sampai akhirnya lahirlah transportasi berbasis aplikasi. Mulailah aku tinggalkan bus, ojek langganan, atau angkutan umum macam mikrolet. Lebih cepat dan nyaman jadi hal utama yang aku pilih. Berbasis aplikasi membuat transportasi ini jadi lebih pas buat membantu mobilitas. Cukup buka aplikasi, tentukan tempat penjemputan dan tempat tujuan, dan klik. Aku tinggal menunggu kendaraan datang.

Foto Iklan Kompas/Benedictus Yurivito

Awal pertama kali mencoba transportasi online itu, kira-kira 2014. Saat itu, mau menuju ke Cipete dan buat aku, jauh banget. Kalau mau naik mobil, capek di jalan. Kalau naik taksi, mahal. Transportasi online ini pas dicoba pertama kali, aku langsung suka. Soalnya, aku bisa ketik saja nama tempatnya dan langsung ketemu. Jadi, kalau biasanya harus jelasin posisi penjemputan dan tujuan di mana, sekarang tinggal ketik saja dan pengemudinya bisa langsung lihat di peta.

Walaupun pada pengalaman pertama, aku harus bayar kala itu. Mungkin karena dulu belum ada promosi. Tetapi, harga itu bagi aku murah dibandingkan naik transportasi umum lain seperti ojek biasa atau taksi. Belum lagi kenyamanan yang aku dapat. Harga menjadi sebanding. Sifatnya yang on demand buat aku jadi nilai plus dari transportasi ini. Aku tinggal pesan saat ready.

Sifatnya khas dari transportasi online ini akan aku angkat sebagai sebuah perumpamaan dalam lagu baru aku yang akan segera dirilis. Intinya, karakter dalam lagu ini mengatakan dirinya kayak “gue bisa bawa lo ke mana saja layaknya ojek online.”

Youtube : Ramengvrl
Instagram : ramengvrl
Twitter : @ramengvrl

/CUTTING EDGE.

Satu Rentang Waktu

Dokumen Pribadi

Usia muda tak menghalangi cita-citanya untuk menjadi pengusaha. Walaupun memiliki segudang kegiatan, Parasayu Ariza Diandra atau biasa disapa Paras tetap fokus ke bisnisnya walaupun harus bolak-balik Bandung–Jakarta.

Model kelahiran Jakarta, 25 tahun silam ini sekarang sedang menggeluti bisnis fashion (@byparasayu) dan kuliner (@nasinamex). Lokasi kuliner sengaja dipilih di Bandung, tepatnya di seberang Universitas Parahyangan. “Bandung dipilih karena makanannya banyak dan murah-murah. Makanan yang aku jual juga cukup ramah di kantung karena target pasarnya mahasiswa atau anak indekos.”

Selain berbisnis, Paras juga masih sibuk dengan aktivitas model. Sebagian besar pekerjaan modelnya biasa dilakukan di Jakarta. Untuk menyiasati padatnya lalu lintas, Paras biasanya menjadikan rangkaian kegiatan dalam satu rentang waktu. Oleh sebab itu, mulai dari rapat, foto, hingga mencari bahan untuk membuat baju jika memungkinkan dilakukan dalam satu hari yang sama.

“Kalau dulu biasanya aku diantar naik mobil, tetapi makin ke sini jalanan di Jakarta semakin macet. Sekarang, aku lebih sering menggunakan transportasi online. Karena harus mobile dari tempat satu ke tempat lain gak bisa selalu ngandelin mobil pribadi, jadi sering juga aku naik ojek online. He-he-he,” tutup gadis yang suka melukis ini. [INO]

Parasayu Ariza Diandra
Instagram :@arizyadiandra
Twitter : @ParasArizya23

/LITERASI.

Berpacu dengan Waktu

Oleh: Anggara Dialusi – @lucyagian

Menggunakan jasa transportasi umum sudah menjadi hal yang biasa saya lakukan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar. Angkutan kota seperti bemo, mikrolet, metromini, bus PPD (baik Patas AC maupun non-AC), hingga KRL rute Tebet–Depok–Tebet saya jalani demi mencapai tujuan. Bahkan, ketika transjakarta pertama kali beroperasi pada 2004, saya turut bergabung menjadi penumpang setia. Taksi dan ojek sepeda motor jadi opsi terakhir mengingat saya harus merogoh kocek lebih di samping juga harus jago menawar.

Tidak banyaknya pilihan transportasi kala itu membuat saya pasrah berkendara selama 45 hingga 120 menit dari rumah menuju lokasi yang berjarak sekitar 8–15 kilometer membelah kemacetan. Saking lamanya, saya harus mempersiapkan “amunisi” agar merasa nyaman sepanjang perjalanan, seperti earphone untuk mendengarkan musik, majalah, atau buku. Yes, buku. Percayalah, buku setebal 400-an halaman The Da Vinci Code karya Dan Brown rela saya bawa untuk menemani perjalanan. Bahkan, tak jarang, saya tertidur di dalam angkot di tengah kemacetan.

Namun, situasi kini berbeda. Meski kemacetan Ibu Kota masih merongrong, saya tidak bisa lagi mengikuti keadaan yang super woles bak kura-kura berjalan. Pesatnya kemajuan teknologi dan perkembangan informasi melahirkan aplikasi jasa ojek sepeda motor yang—siapa sangka—bikin saya ketagihan. Bayangkan saja, berkat aplikasi ini, hidup saja jadi lebih mudah. Dengan naik sepeda motor, waktu perjalanan terpangkas sehingga membuat semua aktivitas berjalan lebih efisien. Padahal, dulu, boro-boro berani naik sepeda motor, tetapi sekarang saya harus bisa mengangkat rok, “menyingsingkan” gengsi, dan hap naik ke atas motor demi mengejar waktu. Hasilnya, saya lebih menghargai betapa berartinya waktu tersebut.

Terkadang saya suka membayangkan hidup tanpa pakai jasa ojek online di Ibu Kota. Wah, rasanya sulit!

/KOLEKTIF.

Coworkinc.

Kerja “Remote”? Kenapa Tidak

Kemacetan menjadi momok kalangan pekerja akhir-akhir ini. Tak heran, keberadaan coworking space menjadi sebuah oasis bagi dunia pekerjaan, terutama di kota besar seperti Jakarta. Coworking space menawarkan sebuah tempat yang tidak hanya bisa dijadikan alternatif tempat untuk bekerja, tetapi juga mengembangkan jejaring sosial.

Jika mencari coworking space yang tidak hanya nyaman, tetapi juga “kekeluargaan”, Anda bisa datang ke Impact Hub Jakarta by Coworkinc. Terletak di bilangan Kemang, tepatnya di Wimo Building lantai 3, Jalan Kemang 1 Nomor 7, Coworkinc menerapkan fleksibilitas bagi para member-nya. Mulai dari fleksibilitas biaya hingga ruang kerjanya.

Penggunaan ruang di sini mulai dari Rp 50 ribu (2 jam), Rp 175 ribu (1 hari), Rp 475 ribu (3 hari), Rp 1,5 juta (20 hari), Rp 1,8 juta (15 hari), dan Rp 3 juta (1 bulan). Coworkinc juga menyediakan meeting room untuk member mulai dari harga Rp 350 ribu hingga Rp 2,5 juta tergantung lama pemakaian.

Salah satu pengelola Coworkinc Danti mengatakan, member bebas untuk melakukan pekerjaan di mana saja, baik di quiet room atau area lounge. Member juga boleh memesan makan dari kafe yang tersedia atau pesan dari luar. Balkon pun tersedia untuk mereka yang ingin beristirahat.

“Kami menganggap member bukan sebagai konsumen, melainkan rekan, bahkan keluarga. Kerap kali, kedekatan kami dari sekadar mengingatkan mereka untuk makan siang atau nongkrong bareng di balkon. Dari situ, kadang sebuah kerja sama bisnis terjalin. Di titik itulah kami merasa senang karena bisa membantu seseorang atau startup,” ujar Danti. [VTO]

Foto-foto Iklan Kompas/Antonius SP.

/ULAS.

Mengurai Kemacetan dengan Berbagi Tumpangan

Transportasi umum online kini hadir sebagai salah satu solusi untuk bisa mengurangi kemacetan dan permasalahan parkir di Ibu Kota. Uber, misalnya. Kemudahan yang diberikan Uber bagi pelanggannya bisa mengefisienkan waktu dan uang. Anda dapat terbebas dari perasaan “terkunci” di dalam kota.

Dengan menggunakan Uber, Anda tak perlu takut lagi untuk terlambat menghadiri pertemuan atau tak perlu pusing lagi memarkirkan kendaraan pribadi. Dengan titik jemput akurat, Uber dapat lebih cepat mendatangi lokasi yang Anda maksud.

Bukan hanya itu, melalui kampanye #ridetogether, Uber mengajak Anda untuk berbagi tumpangan. Hal ini diharapkan juga dapat menjadi solusi untuk mengurangi jumlah kendaraan di jalanan. Ketahui lebih lanjut tentang cara Uber “membebaskan” Jakarta dari kemacetan di www.unlockingcities.com. Bersama Uber, mari “Unlocking Jakarta”.  [ACH]