Hari kemerdekaan sudah di depan mata. Tahun ini tepat Republik Indonesia menapaki umur ke-78 tahun. Dengan segala perkembangan dan kemajuan yang telah diraih Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Seperti halnya kasus stunting di Indonesia yang masih tinggi di antara negara negara ASEAN lain yang saat ini berada pada angka 21,4 persen tingkat pravelansi stunting pada 2022. Angka ini meleset dari target pemerintah berdasarkan RPJMN 2020-2024 yang harusnya berada pada angka 18 persen dan menjadi 16 persen pada 2023.

Yakini kerja sama dan dukungan semua pihak dapat selesaikan kasus stunting, Vasa Hotel Surabaya kembali tunjukkan kepedulian terhadap balita stunting dengan menggelar Sunday Brunch Cooking Class pada Minggu (13/8/2023). Acara yang dilakukan di area Savore lantai 5 Vasa Hotel Surabaya ini bertepatan dengan momentum hari Kemerdekaan Indonesia ini mengajak para balita stunting dan orang tua untuk belajar memasak bersama. Acara ini memang sengaja digelar sebagai bagian dari wujud komitmen Vasa Hotel Surabaya dalam bidang kemanusiaan (Vasa Touch) serta aksi untuk mencerdaskan anak bangsa.

Vasa Touch merupakan CSR program Vasa Hotel Surabaya. Selama 1 tahun berjalan, Vasa Touch telah memberikan ratusan paket bantuan makananan dan peralatan untuk meningkatkan kelayakan hidup penerima, seperti alat bantu jalan dan masih banyak lagi. Cluster Director of Marketing Vasa Hotel Surabaya, Mona mengungkapkan Vasa Touch adalah wujud komitmen Vasa dalam membantu masyarakat, salah satunya adalah cooking class yang merupakan sarana untuk mengembangkan kognitif dan motorik balita stunting.

Cooking class bisa jadi sarana yang tepat untuk menguatkan komunikasi antara anak dan orang tua serta mengembangkan kreativitas dan mengoptimalkan tumbuh kembang balita, ini adalah bentuk kepedulian kami dan berharap apa yang diberikan juga dapat berguna untuk membeli membeli makan protein untuk para balita,” ujar Mona.

Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Puskesmas Dukuh Kupang, dr Khusnul yang mengatakan aspek pengatasan stunting mencakup banyak hal. Tidak hanya terbatas dari gizi, tetapi juga kegiatan motorik, karena keduanya akan saling melengkapi.

“Balita punya masa emas, di mana jika kita bisa memenuhi aspek gizi, kognitif, motorik dengan baik dapat menghindarkan balita dari stunting. Bahkan dapat memaksimalkan pertumbuhkan balita, sehingga tinggi badan dan berat badan balita ideal sesuai umur, kognitif berkembang dengan sempurna, sehingga balita sehat dan cerdas,” ujar Khusnul.

Selama kegiatan cooking class para balita diajari untuk membuat kue sang saka yaitu choc ball merah putih, vanilla berries mousse in jar dan red velvet cookies with cheese filling. Kue yang terinspirasi dari warna bendera Sang Saka Merah Putih ini sengaja menjadi menu untuk cooking class karena memuat identitas Indonesia dan mudah dibuat. Para orang tua dan balita tidak memerlukan keahlian khusus karena bahan yang digunkaan sederhana, tetapi tetap menarik bagi para balita. Selain itu, 80 persen bahan juga sudah dalam keadaan matang, sehingga anak hanya perlu membentuk, mengisi dan mendekor. Misalnya choc ball merah putih, untuk membuat choc ball, ibu para balita bisa menggunakan roti tawar yang ada di rumah. Lalu roti tawar disobek dan dihancurkan, beri pewarna alami dari buah bit atau pewarna makanan jika diperlukan, campur susu kental manis, di uleni kembali, campurkan susu malt cokelat merek apapun, dan bentuk menjadi bulatan. Choc ball ini lalu dicelupkan ke susu kental manis atau krim keju, lalu ditaburi dengan crumble di atasya. Choc ball merah putih pun siap disantap. Cake and Pastry Chef Vasa Hotel Surabaya, Chef Purbo mengatakan kue yang dibuat oleh balita dirancang untuk meningkatkan kreativitas balita serta meningkatkan komunikasi antara anak dan orang tua.

“Orang tua kadang tidak sadar bahwa melakukan aktivitas bersama dengan anak seperti cooking class memiliki banyak manfaat, selain anak menjadi lebih kreatif, dapat mengembangkan imajinasi yang positif tapi juga meningkatkan kedekatan orang tua dan anak, karena saat anak kesulitan anak pasti minta orang tua membantu, dan proses ini yang kita kejar, jadi bukan hasilnya,” ujar Purbo

Selain belajar memasak, para balita juga berkesempatan untuk melatih motorik dan kognitifnya dengan bermain peran. Para balita dibagi menjadi tiga profesi, yaitu sebagai dokter, polisi dan pemadam kebakaran bersama Kidzania Surabaya. Tidak hanya itu untuk memastikan para balita mengkonsumsi makanan yang aman, Moorlife juga turut membagikan tumblr dan jar – food grade yang aman sebagai tempat untuk menyimpan kue hasil dari cooking class. Ragam aktivitas yang dilaksanakan balita pada acara ini mendapat apresiasi dari para orang tua, salah satunya adalah Desy – ibu dengan anak laki laki berumur 2 tahun ini mengaku senang diberikan kesempatan untuk melakukan cooking class bersama sang anak.

“Anak saya dari awal sangat menikmati acara ini, walaupun malu-malu tapi dia mau mengikuti acara mulai dari memasak, jadi polisi juga, sebagai orang tua kami pastinya senang juga,” tutur Desy

Tidak hanya dari orang tua peserta, jajaran pemerintah Surabaya juga mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh Vasa. Terlebih, ini bukan pertama kalinya Vasa menggandeng unsur pemerintahan kota Surabaya, seperti dinas kesehatan dan dinas sosial. Ketua PKK Dukuh Pakis, Priyani memberikan apresiasi atas kepedulian dan inovasi Vasa Hotel Surabaya terhadap kasus stunting.

“Kami mewakili pemerintah Surabaya sangat mengapreasiasi kepedulian dan inovasi Vasa untuk bersama-sama menuntaskan kasus stunting. Apalagi dari awal sudah sering berdialog dengan kami, kira-kira selanjutnya kita apalagi ya bu, pastinya kami sangat berterima kasih,” ujar Priyani.

Informasi seputar acara dan promosi dapat menghubungi melalui Whatsapp di +62822-1322-8889 atau kunjungi www.vasahotelsurabaya.com .