Tak dapat dimungkiri, perkembangan dunia digital telah menyasar ke segala sisi kehidupan. Saat ini, rasanya hampir tidak ada sisi kehidupan manusia yang tidak terpengaruh proses digitalisasi.
Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik, sehingga masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi yang tidak benar.
Menyikapi hal itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital dengan tema “Peran Generasi dalam Menyebarkan Informasi di Media Sosial”. Webinar yang digelar pada Jumat, 5 November 2021 di Tangerang Selatan, diikuti oleh puluhan peserta secara daring.
Webinar ini mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni Novi Widyaningrum (Research, Center for Population and Policy Studies UGM, IAPA), Alfan Gunawan (Praktisi Komunikasi/Senior Consultant Opal Communication), Didin Sutandi (Penulis dan Jurnalis), dan Delly Maulana (Dosen Universitas Serang Raya, IAPA).
Novi Widyaningrum membuka webinar dengan mengatakan, ada sebuah potensi di ruang digital. “Sebanyak 2,4 juta orang mencari informasi di Google kemudian lebih dari 7 ribu orang di Facebook, lebih dari 20 juta pesan terkirim di WhatsApp. Ini artinya ada sebuah proses yang namanya interaksi.”
Menurutnya, interaksi itu bisa jadi itu satu arah, bisa jadi dua arah dua arah. Kemudian ada proses-proses yang disebut dengan komunikasi digital, yang menyebabkan publikasi global dengan melintasi batas geografis, batas budaya, dalam hitungan detik.
Alfan Gunawan turut menjelaskan, informasi di media sosial dan perkembangan ekosistem digital di Indonesia, sampai dengan saat ini sudah sangat besar sekali. Segala fitur-fitur teknologi, membuat kita semakin mudah dalam melakukan aktivitas komunikasi.
“Berbicara negara kita dan perkembangan ekonomi digital di Indonesia, memang tidak terlepas dari bonus demografi yang sama-sama kita memiliki jumlah penduduk kita memang salah satu daerah jumlah penduduk terbesar di asia pasifik bahkan di dunia,” tuturnya.
Saat ini penduduk Indonesia di dominasi usia muda. Artinya ini yang merupakan mayoritas masyarakat yang aktif menggunakan internet. Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat atau golongan masyarakat ini adalah golongan masyarakat penentu kemana arah pengembangan.
Didin Sutandi turut menjelaskan, literasi digital adalah sebuah kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
“Generasi muda perlu untuk menciptakan sebuah suasana media sosial yang sehat, karena mereka mempunyai peran dan posisi yang strategis. Pada zaman internet atau di zaman teknologi 4.0 sudah ada yang namanya jurnalisme warganet yang membuat konten berisi informasi-informasi,” jelasnya.
Menurutnya, literasi digital penting untuk bisa beraktivitas di dalam menyebarkan informasi di media sosial sehingga betul-betul informasinya dan disebarkan itu mempunyai nilai positif mampu mempunyai nilai keakuratan dan kebenaran.
Sebagai pembicara terakhir, Delly Maulana mengatakan, literasi digital menjadi kompetensi untuk memahami seluk beluk perangkat teknologi informasi, baik secara hardware maupun software, dan aplikasi lainnya, mengkampanyekan dan ikut serta dalam mengadvokasi masyarakat secara digital.
“Memiliki pemahaman tentang nilai-nilai ideologi Bangsa, yakni Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan dalam beraktivitas secara digital, mengkampanyekan, dan mengedukasi masyarakat secara digital,” katanya.
Selain itu, perlu juga bijak dalam ruang digital selalu berpikir positif, ketahui, tindakan di Medsos selalu terekam, bijak gunakan media sosial, berpikir sebelum mem-posting, menyaring sebelum membagikan, membuat, dan ikut membanjiri dengan konten-konten positif,” jelasnya.
Dalam sesi KOL, Audrey Chandra mengatakan, banyak manfaat positif yang dirasakan selama ini, via media sosial dalam support pekerjaan ataupun keseharian. “Kalau dari sisi negatifnya masih banyaknya oknum-oknum yang suka memanfaatkan keadaan dengan membuat atau menyebarkan berita hoaks, kita harus bisa lebih teliti lagi dan cermat lagi dalam memilih berita,” tuturnya.
Salah satu peserta bernama Savitri menanyakan, bagaimana mengajak generasi muda untuk menggunakan media sosial secara berimbang sehingga terhindar dari sikap anti-sosial yang dapat berdampak buruk pada masa depan mereka?
“Memang dunia digital dan dunia sosial, menjadi sebuah konsen banyak orang, terutama orangtua. Seolah-olah ketika anak sudah remaja sedang bermain gadget sudah lupa semuanya (mager). Kalau pengalaman saya bahwa ajak anak untuk membangun sebuah komunitas, jadi ketika anak bermain gadget, media sosial usahakan anak melakukan aktivitas bukan hanya sebagai seorang yang konsumtif menghabiskan waktu dengan pasif,” jawab Novi.
Webinar ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Tangerang Selatan. Kegiatan ini pun terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital. Untuk itulah penyelenggara pada agenda webinar selanjutnya, membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada webinar ini melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.
Kegiatan webinar ini juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak, sehingga dapat berjalan dengan baik, mengingat program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat. [*]