Sebagai kota budaya, Yogyakarta selalu menjadi magnet bagi para wisatawan. Termasuk bagi para peserta familiarization trip (famtrip) asal Timor Leste. Tak heran, mereka pun tampak antusias ketika diajak berkunjung ke Keraton Yogyakarta atau Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Rabu (9/10/2019).

Salah satu peserta famtrip, Trifonio Martins dari Orange Tour & Travel mengaku sangat terkesan dengan Keraton Yogyakarta. Baginya, suatu kehormatan bisa melihat langsung kompleks bangunan keraton yang masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya.

Menurut Trifonio, keraton menjadi salah satu kekuatan Yogyakarta dalam menarik wisatawan. Dari segi bangunan, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah, lapangan, serta paviliun yang luas. “Ah, tidak ada di negara kami. Saya akan promosikan ini,” ujarnya.

Keraton memang sudah menjadi salah satu obyek wisata di Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi milik kesultanan. Termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menjelaskan, Keraton Yogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I, tahun 1755 atau beberapa bulan pasca-Perjanjian Giyanti dilakukan.

Sebelum menempati bangunan keraton, Sultan Hamengku Buwono I sempat berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

“Secara fisik, Keraton Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti. Yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Asyik banget memang kalau kita sambangi. Selamat menikmati Yogyakarta, negara tetanggaku Timor Leste,” papar Rizki.

Sejauh ini, Keraton Yogyakarta dikenal memiliki berbagai warisan budaya, baik yang berbentuk upacara atau kegiatan, maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Keraton Yogyakarta juga merupakan lembaga adat lengkap dengan pemangkunya. Oleh karena itu, nilai-nilai filosofi dan mitologi terasa sangat kental.

“Para peserta famtrip happy dengan agenda dan semua destinasi yang kami datangi. Kemenpar pintar mengemas agendanya, kami dibuat nyaman, padat tetapi happy. Jadi, dapat semua,” puji salah satu peserta, Alice Maria dari Obrigado Travel Timor Leste.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, Yogyakarta adalah salah satu daerah tujuan wisata yang selama ini cukup banyak menyerap wisman. Selain memiliki bangunan-bangunan bersejarah, kekuatan Yogyakarta adalah seni budaya yang masih mengakar kuat di tengah masyarakat. Tak salah jika peserta famtrip asal Timor Leste diajak berkunjung ke sini.

“Sebagai sebuah perjalanan pengenalan destinasi wisata, famtrip harus menyenangkan dan mewakili kekayaan Indonesia. Dari Yogyakarta, peserta akan mendapat pengalaman yang menarik, sehingga travel agent dan tour operator bisa menyusun paket wisata untuk ditawarkan kepada customer-nya. Mudah-mudahan, kunjungan wisman Timor Leste ke Indonesia, khususnya Yogyakarta, semakin meningkat,” tandasnya. [*]