Rapat Kerja Pengambilan Keputusan Asumsi Makro RAPBN 2017 antara Pemerintah dan Komisi XI DPR menyepakati target pertumbuhan ekonomi di angka 5,1 persen. Peran penting perbankan pada era mendatang makin luas bersamaan dengan gencarnya implementasi literasi dan inklusi keuangan yang mendorong masyarakat untuk memperoleh layanan perbankan.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyatakan optimisme atas kiprah perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2017 dalam rangka memberikan nilai tambah kepada masyarakat.
Optimisme tersebut mengemuka dalam diskusi forum Kafe BCA serial keempat dengan tema Economic Outlook 2017 yang dibuka oleh Sekretaris Perusahaan BCA Jan Hendra.
Hadir sebagai pembicara Direktur Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto dan Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi, dan Keanggotaan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Anggawira.
Jan mengatakan, BCA menyadari pentingnya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dengan cara meningkatkan berbagai layanan dan solusi perbankan. Dengan demikian, kebutuhan masyarakat yang makin spesifik dan beragam terkait transaksi keuangan dapat terpenuhi.
“Semakin masyarakat mempercayai perbankan, semakin positif dampaknya untuk perekonomian nasional,” sambung Jan. Ia menambahkan, tantangan terhadap perekonomian nasional, terutama dalam kaitannya dengan perlambatan ekonomi dunia, memang masih membayang pada tahun depan.
Namun, beberapa sektor di dalam negeri diprediksi bakal tetap bertumbuh. Sektor-sektor tersebut terutama bertumpu pada belanja rumah tangga, manufaktur, infrastruktur, pariwisata, dan industri kreatif, serta perdagangan berbasis daring.
“Kami siap memperkuat fundamental ekonomi dalam negeri melalui peran perbankan,” tegasnya.
Sementara itu, Doddy menuturkan, tahun 2017 diproyeksikan sebagai tahun rebound. Artinya, ekonomi Indonesia akan mulai mengalami peningkatan walaupun secara perlahan. Harapan ini datang dari suksesnya program tax amnesty serta fokus pemerintah dalam regulasi ekonomi dan pembangunan infrastruktur. Doddy juga menyarankan untuk berinvestasi di bidang reksadana dan properti.
“Dengan perekonomian yang baru rebound, lebih aman bagi investor umum untuk berinvestasi di instrumen yang terdiversifikasi seperti reksadana. Atau bisa fokus investasi ke bidang infrastruktur dan industri yang terkait dengan program pemerintah di 2017,” jelasnya.
Dana dari luar negeri yang masuk ke Indonesia dari tax amnesty, sambung Dody, salah satunya bisa dibelikan properti, diperkirakan akan menggairahkan pasar properti dalam negeri. Ditambah lagi dengan proyeksi bunga rendah pada tahun depan yang akan berdampak pada bunga KPR. [*/MIL]